Mendag: Jangan Ada Lagi Kampanye Negatif Sawit RI di Luar Negeri

3 Oktober 2017 15:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelapa sawit di kebun Sawindo Kencana. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kelapa sawit di kebun Sawindo Kencana. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia. Negara tujuan ekspor produk kelapa sawit Indonesia juga beragam, mulai dari negara-negara di Asia, Eropa, Amerika hingga Afrika.
ADVERTISEMENT
Namun pergerakan produk sawit Indonesia di Uni Eropa dibatasi. Negara-negara Uni Eropa kerap menghadang produk sawit Indonesia dalam bentuk kampanye hitam yang tidak jelas maksudnya.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meminta Uni Eropa untuk setop menyuarakan kampanye hitam pada sawit Indonesia. Pihaknya tetap yakin produk sawit Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa sudah memenuhi ketentuan yang diminta.
"Pemerintah menjamin dan kita meminta kepada negara Eropa, Amerika dan beberapa negara lain untuk tidak menyampaikan atau mengkampanyekan hal negatif. Jadi ekspor kami jaga kita juga meminta industrinya untuk downstreamnya segera dikembangkan," kata Enggar saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (3/10).
Enggartiasto Lukita (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Enggartiasto Lukita (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
Menurut Enggar, bila Eropa terus-terusan melontarkan kampanye hitam atas produk sawit, secara otomatis bisa memberikan dampak negatif pada Indonesia. Alasannya, Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
"Kita meyakinkan kepada pasar yang ada untuk crude palm oil (CPO) kita yang diproduksi di Indonesia, kita adalah produsen terbesar," ucap Enggar.
Menurut catatan Kementerian Perdagangan, April lalu, Uni Eropa telah mengeluarkan resolusi sawit yang menuai banyak pertentangan. Di mana Uni Eropa menuding CPO dianggap berdampak negatif terhadap lingkungan dan kerusakan hutan. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara produsen terbesar kelapa sawit, sehingga pernyataan tersebut merugikan Indonesia.
Parlemen Uni Eropa mendesak Komisi Eropa agar mengambil langkah-langkah untuk menghentikan secara bertahap penggunaan minyak nabati yang mendorong deforestasi, termasuk kelapa sawit, sebagai komponen biofuel, sebaiknya per tahun 2020.