Menelusuri Praktik Berpuasa di Berbagai Agama

9 Mei 2019 16:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi simbol beberapa Agama. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi simbol beberapa Agama. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Puasa merupakan kewajiban bagi setiap Muslim di bulan Ramadhan. Dalilnya, tercantum di Alquran, surat Al-Baqarah ayat 183.
ADVERTISEMENT
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," begitu artinya dalam Bahasa Indonesia.
Ayat itu pun menjadi dasar bagi seluruh umat Muslim di dunia untuk menahan lapar, dahaga, serta hawa nafsu selama Ramadhan. Bahkan, berupaya meningkatkan keimanan dengan menjalankan berbagai ritual sunnah seperti salat Tarawih juga tadarus Alquran.
Suasana buka puasa bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Namun, ritual puasa sebenarnya bukan hanya dijalankan umat Muslim. Jauh sebelum Islam ada, agama samawi lainnya yakni Kristen dan Yahudi telah mempraktikkan puasa. Juga agama lain yakni Hindu dan Buddha.
Lalu, bagaimana praktik puasa di agama-agama tersebut. Berikut penjelasannya.
1. Kristen
Sulit memetakan seperti apa berpuasa di dalam kristen itu secara definitif. Itu karena, ada banyak kelompok berbeda dengan pendapatnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Misalnya, bagi kelompok ‘Kristen Kharismatik’ puasa bisa dilakukan kapan saja. Yakni satu atau dua hari dalam seminggu.
Berbeda dengan kelompok ‘Kristen Ortodoks’ yang berpuasa pada hari Rabu dan Jumat. Yang jelas, tak ada bulan yang dikhususkan untuk berpuasa seperti bulan Ramadhan dalam ajaran Islam.
Gereja Kristen Pasundan di Kampung Sawah yang menawan Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Dalil mengenai berpuasa bagi umat Kristiani sendiri termaktub kala Yesus berkhotbah di atas bukit. Alkitab dengan gamblang mengungkapkan ajaran berpuasa itu pada Matius 6:16.
"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.”
Dalam uraiannya di Reformed Exodus Comunity, Pdt.Yakub Tri Handoko menilai bahwa ayat tersebut tidak memerintahkan umat kristiani untuk berpuasa. Sebaliknya, Yesus justru mengasumsikan pengikutnya telah berpuasa. Yesus lantas hanya mengajarkan cara berpuasa yang benar.
ADVERTISEMENT
Berpuasa di dalam ajaran Kristen pun tak memiliki ganjaran pahala atau pun surga. Berpuasa lebih sebagai wujud syukur manusia atas kasih yang diberikan Tuhan.
2. Yahudi
Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir, umat Yahudi sudah lebih dahulu mempraktikan ritual berpuasa. Setidaknya perintah berpuasa ada kala perayaan Yom Kippur.
Yom Kipur atau Hari Penebusan merupakan hari yang dianggap paling suci dalam agama Yahudi. Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Tisyri dalam kalender Yahudi. Tepat pada 8-9 Oktober 2019. Pada hari tersebut, umat Yahudi akan berpuasa selama 25 jam.
Altar di Sinagoge Tondano. Foto: Cornelius Bintang/kumparan
Diego D. Sausa dalam ‘Kippur - the Final Judgment: Apocalyptic Secrets of the Hebrew Sanctuary’ mengungkapkan, perintah tersebut tertuang dalam Leviticus 23:26-32.
ADVERTISEMENT
“..Hari itu adalah hari perhentian sabat bagimu, dan kamu harus menyangkal dirimu sendiri. Dari petang hari kesembilan bulan itu sampai petang berikutnya kamu harus memperhatikan hari Sabatmu.. "
Kala hari itu tiba, orang-orang Yahudi tak akan makan atau minum sama sekali. Semuanya serba khidmat. Mereka berbondong-bondong ke sinagog untuk berdoa kepada Tuhan.
3. Buddha
Buddha sebetulnya tak mewajibkan umatnya untuk berpuasa. Namun, kegiatan menahan lapar dan haus itu diwajibkan seumur hidup untuk para biksu.
Tidak seperti Islam yang memiliki bulan yang khusus untuk puasa, ajaran Buddha mengajarkan bahwa puasa dapat dilakukan kapan pun. Puasa dalam agama Buddha dimulai dari tengah hari, pukul 12.00 siang, sampai keesokan harinya. Setelah itu, mereka kembali berpuasa lagi
Patung Buddha Dordenma di Bhutan. Foto: Pixabay
Ajaran berpuasa di dalam agama Buddha sendiri dilakukan untuk menghindari kenikmatan semu duniawi. Para biksu percaya, dengan berpuasa, mereka dapat mempertebal nilai spiritualitas.
ADVERTISEMENT
Sidharta Gautama pun dikisahkan kerap berpuasa. Dalam Encyclopaedia of Buddhism, dikisahkan bahwa Sidharta pernah berpuasa di bawah pohon Rajayatama hingga tubuhnya kurus kering.
4. Hindu
Dalam agama Hindu, puasa dikenal sebagai Upawasa. Upa berarti mendekat, Wasa berarti Tuhan atau Sang Hyang Widi. Singkatnya, Upawasa biasa diterjemahkan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan.
Pada agama Hindu, puasa dilakukan kala hari raya tiba. Meski demikian, ada pula puasa yang dilakukan di hari tertentu di setiap bulannya.
Umat Hindu melaksanakan prosesi Pecaruan saat upacara Tawur Agung Kesanga di Pura Giri Natha Makassar, Sulawesi Selatan. Foto: Antara/Arnas Padda
Salah satu momen berpuasa yang dilakukan umat Hindu adalah ketika hari Nyepi tiba. Saat hari itu datang, maka umat Hindu akan puasa total tidak makan dan minum sejak fajar di hari itu sampai fajar keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
Berpuasa sendiri bermakna penolakan kebutuhan fisik tubuh demi keuntungan spiritual. Puasa dinilai membantu menciptakan pembiasaan dengan membangun hubungan yang harmonis antara tubuh dan jiwa.