news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menengok Perajin Bedug Musiman yang Mulai Ramaikan Tanah Abang

27 Mei 2018 13:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perajin Bedug di kawasan Tanah Abang (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perajin Bedug di kawasan Tanah Abang (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Setiap bulan Ramadhan, trotoar di Jalan KH Mansyur, Tanah Abang, selalu dipenuhi penjual bedug musiman. Di tahun ini, memasuki pekan kedua sejumlah perajin bedug mulai tampak menggelar lapak-lapaknya.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Ridho, pria paruh baya yang mengaku sudah 7 tahun menjadi perajin bedug. Ada dua jenis bedug yang ia tawarkan di lapak sederhananya, yaitu bedug berbahan dasar kayu dan bedug berbahan dasar drum.
Perajin Bedug di kawasan Tanah Abang (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perajin Bedug di kawasan Tanah Abang (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Kalau soal harga, ini tergantung sama bahan dasar, ukurannya juga. Penggunaan kulit juga ngaruh, kulit kambing dan kulit sapi itu beda nanti harganya," jelas Ridho kepada kumparan, sembari menunjukkan hasil karyanya, Minggu (27/5).
Menurutnya, bedug yang dibuat dari kulit sapi akan lebih mahal. Sebab, daya tahannya jauh lebih lama dibandingkan bedug yang dibuat dengan menggunakan kulit kambing.
"Kulit sapi bisa sampai 5 tahun lebih. Tapi kalau kulit kambing paling cuma 1-2 tahun aja," jelasnya.
Bedug buatannya tersebut, dijual dengan kisaran harga Rp 150 ribu hingga Rp 3 juta rupiah. Meski tidak mau merinci berapa pendapatannya sehari-hari dari berjualan bedug, namun di minggu kedua ini ia bisa menjual 2 bedug setiap harinya.
Perajin Bedug di kawasan Tanah Abang (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perajin Bedug di kawasan Tanah Abang (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Untuk ukuran sendiri, Ridho menyediakan beberapa varian ukuran yang bisa dipilih pelanggannya. Ada yang berdiameter 40 centimeter, 55 centimeter, hingga 60 centimeter.
ADVERTISEMENT
Sebagai pedagang musiman, Ridho mengaku membuka lapaknya selama 24 jam non-stop. Sebab, bedug tersebut tidak hanya digunakan sebagai penanda sebelum adzan saja, tetapi juga sebagai media membangunkan sahur.
"Dulu pernah ditawari wawancara di TV, tapi saya tolak. Soalnya ini harus dijaga terus, 24 jam. Yasudah, daripada enggak ada yang jaga, kan," pungkasnya.
Perajin Bedug di kawasan Tanah Abang (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perajin Bedug di kawasan Tanah Abang (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)