Mengapa Gempa Besar di Alaska Tidak Memicu Tsunami?

24 Januari 2018 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gempa di Alaska (Foto: Dok. usgs.gov)
zoom-in-whitePerbesar
Gempa di Alaska (Foto: Dok. usgs.gov)
ADVERTISEMENT
Ketakutan akan terjangan tsunami usai gempa besar 7,9 magnitudo mengguncang Alaska ternyata tidak terbukti. Padahal sebelumnya berbagai alarm peringatan tsunami berbunyi, membuat warga berduyun-duyun mengungsi ke tempat tinggi.
ADVERTISEMENT
Di Alaska, warga memadati sekolah-sekolah dan pusat evakuasi sesaat setelah gempa mengguncang selepas tengah malam, Selasa (23/1). Sistem peringatan tsunami berbunyi untuk sepanjang Pantai Barat Amerika Serikat dan Kanada.
Paling khawatir adalah warga di Pulau Kodiak yang letaknya terdekat dari pusat gempa. Warga sudah berkumpul di pengungsian yang berada di ketinggian 100 meter dari permukaan laut.
Kekhawatiran warga Alaska cukup beralasan, mereka masih trauma dengan gelombang tsunami setinggi 30 meter akibat gempa 9,2 magnitudo yang menewaskan 131 orang pada Maret 1964.
Namun setelah lewat waktu perkiraan, tidak ada gelombang tsunami yang menghantam Kodiak. Juga tidak ada korban jiwa atau kerusakan akibat gempa.
Berturut-turut sistem peringatan tsunami dimatikan, diawali dari Hawaii, lalu Alaska, British Columbia di Kanada, dan di seluruh Pantai Barat AS. Satu-satunya gelombang usai gempa yang tercatat hanya setinggi 30 cm di wilayah selatan Alaska.
ADVERTISEMENT
Menurut Paul Earle, ahli seismologi di Badan Geologi AS, USGS, gempa Alaska adalah tipe gempa yang tidak menyebabkan terlalu banyak gerakan vertikal. Karena minim gerakan ke atas, maka gelombang tsunami tidak terbentuk.
Dia melanjutkan, gempa Alaska terjadi di lempeng Pasifik yang disebut "gempa strike-slip", ketika lempeng bergerak ke samping. Dalam gempa Alaska, kata Earle, lempeng bergerak ke timur dan barat.
Cakupan peringatan tsunami di Alaska (Foto: U.S. Tsunami Warning System)
zoom-in-whitePerbesar
Cakupan peringatan tsunami di Alaska (Foto: U.S. Tsunami Warning System)
Ada tiga tipe gempa, pertama gempa normal, gempa thrust, dan gempa strike-slip. Gempa yang berpotensi besar menyebabkan tsunami adalah gempa thrust, ketika salah satu patahan bergerak ke atas memicu gelombang air laut. Sementara gempa normal bergerak ke bawah.
Salah satu gempa thrust terbesar yang dijuluki mega-thrust terjadi di Jepang pada 2011 lalu, memicu tsunami yang menewaskan lebih dari 15 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya gempa yang sering terjadi di Alaska menurut Earle bertipe thrust. Gempa strike-slip seperti pada Selasa termasuk jarang.
Hal yang sama sebelumnya disampaikan Kabid Informasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, kepada kumparan (kumparan.com). Dia mengatakan, gempa Alaska terjadi di patahan mendatar sehingga tidak terlalu mengganggu air laut.
Menurut dia, di pusat gempa tsunami juga terjadi kecil, hanya 0,5 -1 meter.