Mengapa Sulawesi Sering Diguncang Gempa?

23 Agustus 2019 16:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gempa Palu Foto: Basith Subastian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gempa Palu Foto: Basith Subastian/kumparan
ADVERTISEMENT
Peneliti gempa bumi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mudrik Rahmawan Daryono menjelaskan mengapa gempa bumi lebih sering terjadi di Sulawesi ketimbang di Jawa. Menurutnya, di wilayah tersebut, pergerakan sesarnya lebih cepat dibandingkan di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
"Di Sumatera kita punya 12 milimeter per tahun, kemudian di Jawa sekitar 3-5 milimeter per tahun, dan di Palukoro (Sulawesi), kita punya 5 sentimeter per tahun. Di sana produksi gempanya lebih sering terjadi di Sulawesi dibanding di Jawa," kata Mudrik di PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (23/8).
Selain pergerakan sesar, Sulawesi terdiri dari tiga lempengan sehingga aktivitas gempa sering terasa. Ketiga lempeng besar tersebut yakni lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat, lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara, dan lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng Filipina.
Peneliti LIPI, Mudrik Rahmawan Darmawan. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Mudrik, yang saat ini tengah mendalami mengenai studi pergerakan sesar, menjelaskan bahwa gempa dapat memperlihatkan sesar mana saja yang aktif atau tidak begitu juga pergerakannya. Sebab, usai gempa bisa dilihat adanya retakan yang terbentuk, baik seperti jalan raya ataupun sungai yang terlihat bergeser.
ADVERTISEMENT
Mudrik menyebut, dengan melihat sesar yang terbentuk, peneliti dapat mengetahui potensi kekuatan gempa dari sesar itu. Sebab, kata dia, gempa bumi memiliki fase yang berulang.
"Saya jelaskan penelitian sesar aktif ini dia bisa secara spesifik kita bisa menunjukkan di mana sumber gempa bumi itu terjadi. Jadi komponen ini sangat penting untuk menghitung seberapa besar sebuah sesar itu bisa menghasilkan gempa bumi," kata dia.
Peta Seismisitas Indonesia. Foto: Daryono/BMKG
"Salah satu contohnya kalau kita tahu kita punya sesar panjangnya 80 kilometer, maka dia bisa menghasilkan gempa bumi magnitude 7,5. Kemudian kalau Sumatera dan Aceh sekitar seribu kilometer panjangnya, dia mampu menghasilkan magnitude 9,5 dan sebagainya," sambungnya.
Ia kemudian menyinggung, studi tersebut bisa digunakan untuk mengetahui daerah mana saja yang rawan gempa. Sehingga, masyarakat dapat mengantisipasi apabila ingin tinggal di daerah tersebut, salah satunya Sulawesi yang sering diguncang gempa.
ADVERTISEMENT
"Jadi secara prinsip itu adalah jalur yang tidak boleh dibangun jaraknya sendiri 20 meter dari kanan kiri (sesar), sampai 40 meter. Jadi tidak perlu membangun jauh berkilo-kilo meter dari sesar," pungkas dia.