news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengenal 4 Staf Khusus Baru Jokowi

15 Mei 2018 21:03 WIB
Joko Widodo dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Widodo dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo menunjuk 4 orang untuk menjadi staf khusus presiden yang mengurusi berbagai macam urusan, mulai dari keagamaan, pondok pesantren, komunikasi dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Penunjukan itu tertuang dalam Keppres Nomor 28/M Tahun 2018 Tentang Pengangkatan Staf Khusus Presiden yang ditetapkan di Jakarta tanggal 3 Mei 2018 lalu. Menurut Sekretaris Kabinet Pramono Anung tak ada pelantikan bagi staf khusus.
"Sudah mulai kerja (kemarin), kemarin koordinasi dengan Mensesneg dan saya. Administrasi manajerial di bawah Seskab," kata Pramono Anung di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15/5).
"Harapannya staf khusus bisa membantu presiden karena yang dipilih secara operasional membantu di lapangan," lanjut dia.
Berikut 4 orang yang menjadi staf khusus presiden:
1. Abdul Ghofar Rozin
Abdul Ghofar Rozin. (Foto: Dok. NU)
zoom-in-whitePerbesar
Abdul Ghofar Rozin. (Foto: Dok. NU)
Abdul diangkat sebagai stafsus keagamaan urusan pondok pesantren. Dia adalah putra mantan Rais Aam PBNU almarhum KH Sahal Mahfudz. Abdul juga Ketua Yayasan Nurussalam Kajen, serta pimpinan Pondok Pesantren Maslakul Huda di Pati, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Pramono menyebut stafsus ini tercetus saat Jokowi kunjungan ke pondok pesantren. "Ketika beliau (Jokowi) berkunjung ke pondok pesantren, madrasah, butuh latar belakang yang memahami," ucap Pram.
2. Siti Ruhaini Dzuhayatin
Siti Ruhaini Dzuhayatin (kanan). (Foto: Instagram/@dzuhayatin)
zoom-in-whitePerbesar
Siti Ruhaini Dzuhayatin (kanan). (Foto: Instagram/@dzuhayatin)
Komisioner HAM Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) itu diangkat sebagai stafsus bidang keagamaan internasional. Ia merupakan lulusan S3 jurusan Sosiologi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Dikutip dari http://wahidinstitute.org, wanita kelahiran Blora tahun 1963 itu meempuh pendidikan di Pesantren Pabelan Magelang, S1 Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, S2 Monash University Australia dan S3 Jurusan Sosiologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Dia pernah aktif sebagai anggota Nasyi’atul Aisyiah (NA), anggota Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Muhammadiyah, Ketua Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Yogyakarta. Karyanya berjudul 'Feminist Theology and Islam in Indonesia'.
ADVERTISEMENT
3. Adita Irawati
Adita Irawati, VP Corcomm Telkomsel (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Adita Irawati, VP Corcomm Telkomsel (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Vice President Corporate Communications PT Telkomsel ini diangkat sebagai stafsus untuk komunikasi antarkementerian dan lembaga. Aditia merupakan alumni jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Dikutip dari alumni.fisipol.ugm.ac.id, karier Adita dimulai saat staf management trainee di perusahaan makanan cepat saji. Kemudian ia berpindah ke perusahaan media dan menapaki posisi sebagai public relations assistant.
Hampir dua tahun berselang, dia pindah ke Indosat sebagai account executive. Karier berlanjut dengan menjadi asisten manager dan akhirnya menjadi Manager of Public Relations Satelindo, sebuah perusahaan yang diakuisisi Indosat.
Selama 13 tahun di Indosat hingga memegang posisi tertinggi sebagai Group Head Corporate Communications, Adita mendirikan perusahaan konsultan komunikasi yang menangani proyek konsultasi perusahaan kenamaan. Sampai akhirnya di tahun 2013, ia memutuskan pindah ke Telkomsel.
ADVERTISEMENT
"Latar belakangnya yang punya pengalaman di korporasi karena Presiden ingin membenahi komunikasi di kementerian dan lembaga," ucap Pramono Anung.
"Kehumasan kita rata-rata di kementerian lembaga pakai pola lama. Padahal di era medsos, butuh yang memahami medsos, membuat framing, membangun konten dan sebagainya, apalagi medsos," imbuhnya.
4. Ahmad Erani Yustika
Ahmad Erani Yustika‏ (Foto: Twitter/ @Ahmad Erani Yustika‏)
zoom-in-whitePerbesar
Ahmad Erani Yustika‏ (Foto: Twitter/ @Ahmad Erani Yustika‏)
Pria kelahiran Ponorogo tahun 1973 yang menjabat sebagai Dirjen Kemendes itu diangkat sebagai stafsus untuk membantu presiden di bidang ekonomi.
Erani memperoleh gelar sarjana dari Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Universitas Brawijaya. Lalu pada 2001 menuntaskan studi post-graduate (MSc) dan 2005 studi doktoral (Ph.D), di University of Göttingen Jerman dengan spesialisasi Ekonomi Kelembagaan.
Sejak 2008 dia menjabat sebagai Direktur Eksekutif INDEF (Institute for Development of Economics and Finance), Jakarta. Lalu sejak 2010 sampai saat ini menjadi Anggota BSBI (Badan Supervisi Bank Indonesia), serta menjadi Ketua Focus Group Infrastruktur Pengurus Pusat ISEI (2012-2015).
ADVERTISEMENT
Ahmad Erani dikenal saat menjadi moderator debat Pilpres 2014 putaran kedua yang diadakan di Hotel Gran Melia, Kuningan, Jakarta Selatan.
"Profesor ekonomi dengan latar belakang cukup baik. Beliau memahami masalah dana desa sehingga diperlukan. Selain berkaitan ekonomi, adalah bagaimana dana desa meningkat, sekarang Rp 60 triliun. Itu ada pakar di bidang itu," kata Pramono.