Mengenal Miguel Diaz-Canel, Calon Penerus Klan Castro di Kuba

12 Maret 2018 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel. (Foto: REUTERS/Alejandro Ernesto)
zoom-in-whitePerbesar
Calon Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel. (Foto: REUTERS/Alejandro Ernesto)
ADVERTISEMENT
Kematian Fidel Castro pada 2016 dan semakin uzurnya sang adik Raul Castro membuat Kuba harus mengambil opsi anyar. Mereka mesti memilih Presiden baru di luar keluarga Castro.
ADVERTISEMENT
Langkah awal telah dilakukan Pemerintah Kuba. Pada Minggu waktu setempat (12/3), negara ini menggelar pemilu untuk meratifikasi dan memilih anggota Majelis Nasional yang merupakan badan legislatif yang punya hak memilih presiden baru.
Sebelum Fidel meninggal dan Raul memutuskan segera pensiun sejumlah nama sudah nampak. Namun, kandidat terkuat cuma satu.
Namanya adalah Miguel Diaz-Canel.
Pria itu adalah Wakil Presiden Pertama Kuba saat ini. Dia pun merupakan anggota Politbiro Partai Komunis Kuba.
Lahir pada 1959, setahun sesudah revolusi Kuba, Diaz Canel dikenal luas sebagai sosok konservatif dan pemeluk fanatik paham Marxisme-Leninisme.
Calon Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel. (Foto: REUTERS/Alejandro Ernesto)
zoom-in-whitePerbesar
Calon Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel. (Foto: REUTERS/Alejandro Ernesto)
Karier politik Diaz-Canel dimulai dua dekade lalu, sebagai Ketua Provinsi Partai Komunis di tempat kelahirannya di Santa Clara.
Ketika Diaz-Canel memulai menapaki dunia politik, Kuba berada di titik nadir perekonomian. Negara tersebut secara ekonomi porak-poranda akibat runtuhnya sekutu dekat dan mitra dagang utamanya, Uni Soviet.
ADVERTISEMENT
Di tengah masa resesi, Diaz-Canel menjadi sosok populis. Setiap harinya untuk menuju kantor Provinsi Partai Komunis di Santa Clara, pria tersebut memilih menggunakan sepeda.
Kayuhan sepedanya menjadi buah bibir di Santa Clara dan Kuba. Beberapa warga Kuba melihat aksi Diaz-Canel itu adalah simbol keprihatinan dan perlawanan atas korupsi yang merajalela di negara itu.
Sukses di Santa Clara, pada 2003 Diaz-Canel dimutasi ke jabatan yang sama di Provinsi Holguin. Kerjanya di tempat baru sangat memuaskan.
Gedung Utama di Kuba (Foto: REUTERS/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Utama di Kuba (Foto: REUTERS/Stringer)
Tak tanggung-tanggung, Diaz-Canel menjadi anggota Politbiro Partai Komunis Kuba. Pada 2009, kariernya melejit tajam, dirinya masuk ke jajaran kabinet menjadi Menteri Pendidikan.
Jabatan menteri merupakan batu loncatan bagi Diaz-Canel. Pada Febuari 2013, pria ini resmi ditunjuk Majelis Nasional sebagai Wakil Presiden Pertama.
ADVERTISEMENT
Penunjukannya menghebohkan seantero negara. Pasalnya, dia merupakan orang pertama yang lahir setelah revolusi yang memegang jabatan kabinet.
Pemilu di Kuba. (Foto: AFP/Alejandro Ernesto)
zoom-in-whitePerbesar
Pemilu di Kuba. (Foto: AFP/Alejandro Ernesto)
Kuba yang Terbuka
Tak dipunggkiri, Diaz-Canel adalah sosok konservatif. Tapi, bukan berarti ia tak punya pikiran terbuka.
Salah satu gerakan yang dipeloporinya disebut-sebut sebagai salah satu yang paling provokatif dan menyita perhatian dalam sejarah Kuba.
Pria tersebut menyerukan keterbukaan dan kedinamisan pers, serta menyambut baik dibukanya akses internet. Kedua hal tersebut 'haram' dilakukan di era Castro.
Pemerintah Kuba melihat keterbukaan pers dan akses internet adalah ancaman. Namun, Diaz-Canel punya pandangan berbeda.
Pada 2015 lalu, laporan PBB mengungkap hanya 5,6 persen dari 11 juta warga Kuba yang punya akses internet. Havana beralasan, dibukanya jaringan internet secara luas akan melunturkan nilai-nilai kedislipinan yang ditanamkan negara pada rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Diaz-Canel 'melawan' negaranya. Di pikirannya, takut akan internet merupakan tindakan yang salah.
Mendiang Fidel Castro (Foto: Reuters/ Claudia Daut)
zoom-in-whitePerbesar
Mendiang Fidel Castro (Foto: Reuters/ Claudia Daut)
"Melarang (penggunaan internet) itu adalah tindakan mustahil dan sama saja seperti sebuah ilusi yang tak masuk akal," sebut Diaz-Canel, seperti dikutip dari Reuters, Senin (12/3).
"Masyarakat meminta lebih," tegasnya.
Permintaan Diaz-Canel ternyata direspons positif oleh Pemerintah Kuba. Meski belum secara menyeluruh di beberapa tempat umum, otoritas setempat telah menyediakan jaringan wi-fi.
Sama seperti internet, Diaz-Canel merasa media pemerintah sudah saatnya berubah. Dia mendesak agar media lebih memberitakan mengenai hal-hal polemik dan diperbolehkan mengkritik pemerintah secara konstruktif.
Berjanji Melanjutkan Revolusi
Saat memberikan suaranya di pemilu, Diaz-Canel memastikan warga Kuba tak perlu cemas. Sebab, suksesor pemerintahan nanti masih akan memegang nilai-nilai luhur negara yang sudah ditanamkan Fidel Castro.
Pemilu di Kuba. (Foto: AFP/Alejandro Ernesto)
zoom-in-whitePerbesar
Pemilu di Kuba. (Foto: AFP/Alejandro Ernesto)
"Gerakan kemenangan revolusi akan berlanjut," sebut Diaz-Canel usai memberikan suara di Santa Clara, seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
"Kami mendukung perdamaian, kebebasan, kemerdekaan, dan kedaulatan dari warga akan terus kami jaga," tegas dia.
Penduduk lokal Santa Clara, Xiomara Gonzalez, mengatakan warga Kuba mendukung penuh Diaz-Canel untuk memimpin negara tersebut. Dalam pandangannya tidak ada calon yang lebih cocok dan sesuai dari Diaz-Canel untuk memimpin Kuba.
"Diaz-Canel adalah sosok yang mengenal kami. Secara tulus saya berharap dia akan menjadi pemimpin kami," sebut dia.
Diaz-Canel memang di atas angin, pemerintah secara tak langsung seakan merestui dia menjadi presiden. Tapi, bukan berarti pelaksanaan pemilu tersebut tanpa kritik.
Pemilu di Kuba. (Foto: AFP/Alejandro Ernesto)
zoom-in-whitePerbesar
Pemilu di Kuba. (Foto: AFP/Alejandro Ernesto)
Sejumlah warga Kuba di pengasingan, menyebut walau Diaz-Canel terlihat punya terobosan tetap saja dia adalah boneka Castro. Seorang tokoh anti-Castro, Rosa Maria Paya, menegaskan warga Kuba semestinya memilih pemimpin langsung tak perlu diwakili Majelis Nasional.
ADVERTISEMENT
"Kami memantau adanya tanda-tanda penolakan proses pemilu. Dalam kenyataannya memang kami tidak bisa memilih siapa pun," sebut Paya.
Senator Partai Republik dan eks Bakal Capres AS, Marco Rubio mengkritik habis-habisan pemilu Kuba. Pria keturunan Kuba itu bahkan menulis surat kepada Presiden Donald Trump agar tidak mengakui siapa pun Presiden baru Kuba.
"Pemilu itu, tidak bebas, tidak adil dan tidak diikuti banyak partai," jelas Rubio.