Mengenal Sari Konde dan Kidung yang Disebut Sukmawati dalam Puisinya

4 April 2018 17:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konfrensi pers Sukmawati Soekarnoputri. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konfrensi pers Sukmawati Soekarnoputri. (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Puisi yang dibacakan Sukmawati Soekarnoputri dalam pagelaran bertajuk '29 Tahun Anne Avantie Berkarya' di Indonesia Fashion Week 2018 pada Kamis (29/3) menghebohkan publik.
ADVERTISEMENT
Sebab, dalam puisi berjudul "Ibu Indonesia" itu terdapat beberapa bait yang dianggap menyinggung syariat Islam. Seperti membandingkan suara azan dengan kidung, hingga membandingkan cadar dengan sari konde. Berikut isi penggalan puisi tersebut.
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Lantas, apa arti kidung dan sari konde?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kidung berarti nyanyian, lagu, puisi atau syair yang dinyanyikan. Pendapat lain diutarakan oleh Wakil Dekan I Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta Sugeng Nugroho.
"Kidung adalah tembang Jawa, biasanya berbentuk tembang macapat," ujar Sugeng saat dihubungi kumparan (kumparan.com) pada Rabu (4/4).
ADVERTISEMENT
"Dalam penyajiannya lebih mementingkan unsur kalimat isi atau makna yg terkandung di dalamnya daripada unsur lagunya," lanjut Sugeng.
Para pemain gamelan pementasan wayang. (Foto: Mustaqim Amna/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain gamelan pementasan wayang. (Foto: Mustaqim Amna/kumparan)
Sugeng menambahkan, istilah kidung digunakan sebagai nama karya berbentuk tembang tengahan dan tembang macapat yang diciptakan pada akhir masa kerajaan Majapahit.
"Karya sastra tersebut berjudul Kidung Sorandaka, yang menceritakan pemberontakan Sora terhadap Raja Jayanegara di Majapahit," kata Sugeng.
Sedangkan konde atau sari konde adalah model gelungan rambut, sanggul yang dipakai oleh perempuan.
Dosen Budaya dan Sejarah Jawa Universitas Indonesia Prapto Yuwono mengatakan bahwa konde atau sanggul adalah sebuah aksesoris dari wanita Jawa yang digunakan untuk menata rambut.
"Wanita Jawa itu memang sejak zaman Jawa kuno rambutnya ditata sedemikian rupa sehingga bentuknya konde," kata Prapto.
ADVERTISEMENT
Prapto mengatakan, kebiasaan menata rambut berbentuk konde ini datang dari ciri khas wanita Jawa kuno yang memiliki rambut panjang. Tak hanya perempuan, laki-laki pada zaman tersebut juga mengkonde rambutnya agar terlihat lebih rapi.
Sanggul wanita Jawa (Foto: Instagram/@renilingling)
zoom-in-whitePerbesar
Sanggul wanita Jawa (Foto: Instagram/@renilingling)
Selain itu, zaman dahulu, bentuk konde juga mempengaruhi status sosial yang ada di masyarakat.
"Yang dibukukan dalam naskah bentuk-bentuk konde itu ada makna dan simbolnya. Juga ada strata sosialnya, yang muda bagaimana, yang remaja, yang sudah berkeluarga dan bangsawan itu berbeda," lanjut Prapto.
Dalam sejarahnya, konde jadi cerminan kepribadian seorang wanita.
"Wanita diajarkan membuat konde, itu menujukkan kepribadian wanita. Sejauh mana dia terampil, berdandan, membuat sanggul konde sendiri, bentuknya. Orang lain melihat itu sebagai visualisasi karakter si perempuan tersebut," ujar Prapto.
ADVERTISEMENT
Kini, setelah pembacaan puisi buatan Sukmawati menuai kontroversi, Sukma lantas meminta maaf.
Sukma menyebut bahwa puisi tersebut merupakan pandangan dalam melihat khazanah Indonesia. Ia juga menjelaskan, dirinya tidak bermaksud menyinggung umat Islam.
"Dengan ini dari lubuk hati yang paling dalam saya mohon maaf lahir dan batin kepada umat Islam se-Indonesia khususnya bagi yang merasa tersinggung dan berkeberatan dengan puisi Ibu indonesia," kata Sukmawati di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/4).