Mengenang Detak Media Cetak

8 November 2018 9:32 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengenang Detak Media Cetak. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mengenang Detak Media Cetak. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang loper koran berkeliling kompleks dengan sepedanya sambil melemparkan koran ke rumah-rumah pelanggan. "Korannya Pak, masih anget," teriaknya sambil terus melaju menuju rumah pelanggan berikutnya.
ADVERTISEMENT
Si empu rumah yang sudah menanti di teras sambil merokok dan menyesap secangkir kopi, lantas beranjak. Dia meraih koran yang baru saja dilempar oleh seorang loper. "Makasih Pak, sudah saya tunggu dari tadi," sahutnya.
Di tempat lain, para pekerja kantoran memulai hari dengan membaca koran. Di jalanan, banyak pengendara yang membeli koran dari para loper yang berdiri di dekat lampu lalu lintas.
Sebagian lainnya lebih suka membaca koran sore hari, setelah terbebas dari pekerjaan seharian. Mereka adalah pelanggan koran sore. Jika ada breaking news hari itu, merekalah yang mendapat informasi lebih cepat.
Seorang pembeli koran di agen media cetak. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pembeli koran di agen media cetak. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi dan CPNS selalu dipampang di koran. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, punya bacaan langganan tersendiri. Para pelanggan selalu setia menanti terbitan baru majalah atau tabloid favorit mereka.
ADVERTISEMENT
Koran dan majalah ada di mana-mana. Agen, percetakan, hingga distributor, berjaya. Itulah pemandangan yang lazim kita temukan belasan tahun yang lalu.
Rafidin Saragih (63), pengecer koran di Jalan Cililitan Besar, Jakarta Timur. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rafidin Saragih (63), pengecer koran di Jalan Cililitan Besar, Jakarta Timur. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Kini seiring perkembangan zaman, dunia semakin bergeser ke era digital. Koran mulai kehilangan peminat karena warga beralih ke digital. Mau tak mau, perusahaan media cetak juga harus mengikuti arus: membuat versi online.
Perlahan mereka mulai menutup versi cetak yang telah melegenda dan benar-benar beralih ke online. Tuntutan zamanlah yang membuatnya demikian.
Namun media cetak tetap ada di hati penikmatnya. Para pelanggan yang masih setia hanya mampu bernostalgia dengan koleksi edisi lama. Meski informasinya dapat tergantikan dalam bentuk digital, tidak dengan kenangannya. Media cetak adalah bagian dari peradaban manusia, yang meski lekang oleh waktu, tapi perannya begitu besar.
ADVERTISEMENT
kumparan berbincang dengan beberapa pelanggan media cetak yang masih setia menyimpan koleksi majalah atau tabloid favorit mereka hingga kini. Juga dengan agen yang masa perjuangan hidupnya ditemani koran.
Simak cerita nostalgia para penikmat media cetak dalam konten spesial dengan topik Riwayat Media Cetak.