Mengenang Keceriaan Dua Anak Perempuan Dita Oepriarto di Sekolah

15 Mei 2018 12:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SD dua anak Dita Sekolah (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SD dua anak Dita Sekolah (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
ADVERTISEMENT
Fadhila Sari dan Famela Rizqita harus kehilangan nyawa di usia yang masih sangat belia. Keduanya diduga kuat menjadi korban doktrin orang tuanya, Dita Oepriarto dan Puji Kuswati, sehingga ikut dalam peristiwa bom gereja di GKI, Jl Diponegoro, Surabaya, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Di sekolah, Fadhila dan Famela yang masing-masing duduk di kelas VI dan kelas II tersebut, dikenal sebagai anak-anak yang periang. Mereka tidak pernah menunjukkan sikap yang berbeda dari anak-anak lainnya.
“Anak ini normal dan wajar. Indikasinya, dia tidak pernah cerita hal yang aneh kepada temannya. Ketika bermain ya enjoy, senang, tidak sampai yang aneh-aneh,” kata Maulana, kepala sekolah tempat mereka bersekolah kepada kumparan. (Nama sekolah keduanya tak disebutkan atas permintaan pihak sekolah.)
“Ini cewek semuanya periang. Nggak seperti apa ya, nggak menunjukkan gelagat yang aneh sama sekali,” imbuhnya.
SD dua anak Dita Sekolah (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SD dua anak Dita Sekolah (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Maulana menambahkan, baik Fadhila maupun Famela tak pernah murung di sekolah. Keduanya terakhir masuk sekolah pada Kamis (10/5) lalu, karena saat itu hari terakhir ujian sekolah.
ADVERTISEMENT
Selama sepekan terakhir masuk sekolah, keduanya juga tak terlihat berbeda dari biasanya. “Bahkan teman-temannya bilang kemarin habis ngobrol kok,” tambahnya.
Kepada temannya, baik Fadhila maupun Famela juga tak pernah keras atau berkonflik. Bahkan mereka juga ikut datang ketika kelas pengenalan tempat-tempat ibadah. Keduanya juga ikut antusias dalam membahas soal toleransi beragama.
“Keduanya ikut kegiatan mengenal tempat ibadah. Semuanya di kelas satu dan dua,” tambahnya.
Keluarga bomber tiga gereja Surabaya. (Foto: Dok. Polda Jatim)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga bomber tiga gereja Surabaya. (Foto: Dok. Polda Jatim)
Pihak sekolah juga kerap berinteraksi dengan Dita dan Puji. Terakhir kali orang tua Fadhila dan Famela datang ke sekolah ketika membayar iuran kelas.
“Nggak menunjukkan wajah seperti akan melakukan sesuatu yang luar biasa,” katanya.
Keluarga 'Bomber' gereja di Surabaya. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga 'Bomber' gereja di Surabaya. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
Polisi menyebut anak-anak dari para pelaku teror ini didoktrin sedemikian rupa agar menjadi radikal. Ada acara pertemuan rutin di antara tiga keluarga pelaku teror di gereja, di Rusunawa Wonocolo, dan pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya. Di pertemuan itulah, anak-anak itu diberi pemahaman radikal.
ADVERTISEMENT
Kini, Fadhila dan Famela telah tiada. Dua kakaknya yakni Yusuf Fadhil dan Firman Halim juga ikut menjadi pelaku teror bom di gereja. Mereka semua menjadi korban orang tua.