Mengungkap Sejarah Ilmu Membaca Garis Tangan Manusia

2 Januari 2019 13:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi garis tangan. (Foto: Dok. Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi garis tangan. (Foto: Dok. Pixabay)
ADVERTISEMENT
Setiap yang melekat pada diri manusia memiliki makna yang bisa dibaca. Tak terkecuali guratan-guratan garis yang ada di telapak tangan.
ADVERTISEMENT
Walaupun menyimpan sejuta rahasia, sejumlah orang mencoba mengungkap misteri di balik keunikan garis tangan itu. Unik, karena tiap manusia punya pola garis tangan yang berbeda. Tak ada yang sama antara satu dengan yang lain.
Ilmu membaca garis tangan tentunya tidak lahir di era modern yang penuh kemajuan teknologi. Ia lahir ribuan tahun yang lalu, di masa manusia masih belum mengenal tulisan dan perkakas canggih lain.
Fokusnya, sebagai media peramalan. Mulai dari memprediksi masa depan hingga panduan untuk menghindari marabahaya menjadi ‘dagangan’ para pembaca garis tangan.
Kapan Membaca Garis Tangan Mulai Populer?
Ilustrasi Kaum Gypsy. (Foto: PixaBay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kaum Gypsy. (Foto: PixaBay)
Ilmu membaca garis tangan dikenal dengan istilah palmistry. Ilmu ini telah populer di China dan Jepang berabad-abad yang lalu.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata, mengutip buku 'Membaca Garis Tangan' karya Nazaruddin, orang Gypsi yang dikenal sebagai peramal ulung bangsa Yunani yang berbudaya tinggi serta suku Indian di Amerika juga mempraktikkannya.
"Terbukti cara membaca garis tangan metode orang China, Jepang, Gipsy, dan Indian sama," tulis Nazaruddin seperti dikutip kumparan, Rabu (2/1).
Secara umum, palmistry merupakan praktik menganlisis karakter atau masa depan seseorang dengan membaca garis-garis tangan. Sejarah mencatat, dari zaman purba, penggunaan telapak tangan sebagai media pembacaan sudah menjadi bagian kehidupan manusia.
Gua Chauvet Pont D'arc. (Foto: Instagram/@sereniteeea)
zoom-in-whitePerbesar
Gua Chauvet Pont D'arc. (Foto: Instagram/@sereniteeea)
Indikasinya, dari temuan gambar cap tangan manusia di dinding Gua Chauvet Pont d’Arc, Prancis Selatan. Juga lukisan cap tangan lain di El Castillo, Spanyol. Lukisan-lukisan itu, diprediksi dibuat sekitar 30.000-40.000 tahun silam. Selain itu, ahli arkeologi juga menemukan cetakan tangan dari batu, kayu, dan gading dari aneka kebudayaan dunia.
ADVERTISEMENT
Bahkan, di Indonesia sendiri, lukisan cap tangan purba juga bisa ditemukan di beberapa lokasi. Sebut saja di Leang-leang, Maros, Sulawesi Selatan dan di kawasan karst Sangkulirang, Kalimantan Timur. Keduanya juga diprediksi berasal dari kebudayaan manusia lebih dari 30.000 tahun lalu.
Gua Leang Leang, Sulawesi. (Foto: Facebook/Syam Arianto)
zoom-in-whitePerbesar
Gua Leang Leang, Sulawesi. (Foto: Facebook/Syam Arianto)
Sementara di Yunani, seni membaca garis tangan banyak menggunakan mitologi kuno dalam lambang dan penamaan. Sebagai contoh, bagian bawah jari manis dihubungkan dengan dewa Yunani yang bernama Apollo.
"Misalnya karakteristik jari manis berhubungan dengan seni, keindahan, kemasyhuran dan harmoni," tulis Nazaruddin.
Filsuf Hipokrates dan Galen yang hidup pada Abad 2 Masehi merupakan contoh tokoh terkenal yang menerapkan palmistry. Keduanya menggunakan palmistry untuk pengobatan.
Kata 'Palmistry" sendiri mulai digunakan pada tahun 1420. Saat itu, John Lyndgate menulis “Assembly of Gods Documents” dengan menyebut kata ‘pawmestry’.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada tahun 1477, kata palmistry beranjak populer di dunia. Saat itu, Michael Scotts dalam bukunya "De Physiognomia" membahas analisis tubuh manusia. Di dalamnya ia menyinggung palmistry.
"Pikiran manusia sejalan dengan garis-garis yang terlihat di telapak tangannya," kata Scott dalam bukunya tersebut.
Madam Arra, Peramal Garis Tangan. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Madam Arra, Peramal Garis Tangan. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Pemikiran Scott itu diamini seorang yang menekuni ilmu palmistry di Indonesia. Dia adalah Primaswara Wijayasekti atau akrab disapa Madam Arra.
Madam Arra menyebut, garis tangan manusia berubah-ubah. Sesuai dengan kondisi psikologis dan pikiran seseorang.
“Kalau stres biasanya berubah banyak," kata Madam Arra yang sudah 15 tahun menggeluti ilmu palmistry kepada kumparan, Jumat (28/12).
Dikutip dari literatur lain berjudul "Garis Tangan dan Zodiak" karya Hanna Amalia, pada abad ke-18, buku-buku tentang palmistry semakin bertumbuh rasional dan ilmiah.
ADVERTISEMENT
"Palmistry sejak saat itu mulai dianggap sebagai upaya membaca pola pikir seseorang dan penerapannya dalam kehidupan," kata Hanna.
Bahkan pada abad ke-19, peramal asal Prancis, Marie Anne le Norman semakin membuat orang seantero Eropa mempercaya ilmu membaca garis tangan. Dia berhasil meramal dengan tepat nasib yang menimpa Napoleon Bonaparte dan Josephine berdasarkan garis tangan.
Dengan membaca garis tangan Napoleon, ia menyebut hubungan Napoleon dan Josephine tak akan bertahan lama dan berakhir dengan perceraian. Ramalan itu kemudian menjadi kenyataan karena Napoleon harus pergi bertugas ke Italia untuk memimpin pertempuran.
Josephine yang kesepian memilih ‘main gila’ dengan seorang tentara Prancis Hippolyte Charles. Napoleon tak terima dan akhirnya keduanya bercerai.
Napoleon Bonaparte dan Istrinya, Joséphine de Beauharnais. (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Napoleon Bonaparte dan Istrinya, Joséphine de Beauharnais. (Foto: Wikipedia)
Membicarakan palmistry tak bisa dilepaskan dengan sosok Count Louis Hamilton alias Cheiro. Cheiro adalah ahli pembaca garis tangan asal Irlandia yang hidup pada 1866-1936.
ADVERTISEMENT
Ia dikenal sebagai salah satu ahli palmistry terhebat di dunia. Cheiro berhasil meramalkan banyak kejadian-kejadian besar di dunia dengan menggabungkan palmistry dan astrologi.
Cheiro ahli Palmistri. (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Cheiro ahli Palmistri. (Foto: Wikipedia)
Salah satu prediksinya yang termasyhur yakni keberhasilan menebak nasib pengarang besar asal Inggirs Oscar Wilde. Saat itu Cheiro tak tahu siapa yang akan diramalnya karena Oscar tak mengizinkan Cheiro melihat wajahnya.
Dengan membaca garis tangan, Cheiro pun beraksi. Dalam analisisnya, dia menyebut orang yang ia baca garis tangannya adalah orang yang akan sukses dan kaya raya. Namun, kesuksesan itu diprediksi Cheiro tak akan bertahan lama.
"Sebab, pemilik garis tangan itu akan hancur sendiri karena kebiasaan buruknya," kata Cheiro seperti dikutip kumparan dari buku berjudul 'Pandai Membaca Garis Tangan' karya Nazaruddin.
ADVERTISEMENT
Ternyata prediksi Cheiro benar. Oscar yang terkenal dengan karya-karyanya seperti 'The Selfish Giant' dan “The Cantervile Ghost" itu harus dipenjara tujuh tahun kemudian karena kejahatan seksual terhadap sesama jenis.
Oscar Wilde. (Foto: PixaBay)
zoom-in-whitePerbesar
Oscar Wilde. (Foto: PixaBay)
Di Indonesia sendiri membaca garis tangan merupakan budaya turun temurun yang masih mengakar sampai sekarang.
"Di beberapa wilayah yang masih memegang teguh kepercayaan terhadap supranatural hal ini masih berkembang. Seperti nelayan dan petani di Kalimantan," kata kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon kepada kumparan, Senin (31/1).
Sampai sekarang membaca garis tangan manusia masih dipercaya dan dimanfaatkan di Indonesia. Josias mengatakan, dalam penyelidikan tindak kejahatan khusus, pamlistry juga masih digunakan aparat keamanan.
"Jadi Indonesia ini memang khas. Etnografinya berbeda dengan negara-negara maju. Ilmu seperti palmistry bagi saya tidak bisa dan tidak boleh dihilangkan karena merupakan budaya kita," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Mau tahu bagaimana membaca garis tangan bisa dikaitkan dengan sesuatu yang ilmiah? Simak di story berikutnya dalam topik 'Membaca Garis Tangan'