Menjelajah Proyek Rp 5 Triliun Jalur Trans Maluku di Pulau Seram

4 Juni 2018 16:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram. (Foto: Diah Harni/kumaran)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meninjau kondisi jalan Trans Maluku di Pulau Seram pada Jumat (1/6) hingga Minggu (3/6). kumparan, menjadi salah satu yang diberi kesempatan untuk ikut dalam perjalanan selama 3 hari tersebut.
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram. (Foto: Diah Harni/kumaran)
Perjalanan dimulai dari Kota Ambon. Kota ini berada di Pulau Ambon, yang berseberangan dengan Pulau Seram. kumparan bersama tim Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XVI Ambon dari Ambon menuju ke pelabuhan Tulehu selama 45 menit.
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram (Foto: Diah Harni/kumparan)
Dari pelabuhan Tulehu, kami menyeberang menuju Pelabuhan Amahai dengan menaiki kapal bermuatan ratusan orang. Gelombang di lautan yang cukup besar waktu itu, turut mewarnai perjalanan yang ditempuh selama dua jam tersebut.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di pelabuhan Amahai, perjalanan lalu dilanjutkan dengan menyusuri jalan menuju Waipia hingga Saleman menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, kumparan disuguhi pemandangan yang meneduhkan mata: kanan dan kiri jalan hanya ada pepohonan yang rindang.
Ruas Jalan di Waipia-Saleman, Pulau Seram, Maluku (Foto: Diah Harni/kumparan)
Butuh waktu selama 6 jam untuk bisa menempuh perjalanan sepanjang 84 km tersebut. Sepanjang perjalanan, akses yang dilalui cukup sulit, terutama di ruas jalan dari Waipia menuju Saleman. Sebab, ruas jalan tersebut, melewati pegunungan yang lokasinya rawan longsor. Terhitung, ada 23 titik longsor di sepanjang jalan tersebut.
Ruas Jalan di Waipia-Saleman, Pulau Seram, Maluku (Foto: Diah Harni/kumparan)
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XVI Ambon Satrio Sugeng Prayitno mengatakan, hal itu terjadi akibat adanya penebangan liar atau illegal loging.
“Ini memang ruas jalan yang rawan longsor. Selain rawan longsor kan ini juga akibat penebangan pohon juga daerah sini,” ucap Satrio, di lokasi, Jumat (1/6).
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram (Foto: Diah Harni/kumparan)
Selain maraknya penebangan liar, kondisi jalanan yang menghubungkan Seram Timur ke Pelabuhan Amanai itu juga berpotensi longsor lantaran berada di lokasi patahan.
ADVERTISEMENT
“Di sini lokasinya juga pas di patahan-patahan, sehingga mudah longsor,” ucap dia.
Padahal, menurut Kepala Satuan Kerja PJN wilayah III Kementerian PUPR Darma Putra menjelaskan, ruas jalan tersebut juga menjadi satu-satunya jalur mudik bagi warga Seram. Sehingga, untuk mengantisipasi longsor itu, sejumlah petugas dikerahkan di sejumlah titik.
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram (Foto: Diah Harni/kumparan)
“Karena ini daerah rawan longsor, tetap kita siagakan alat-alat untuk mengantisipasi longsor, dengan catatan, semua ini bisa berjalan. Apalagi ini musim hujan dan mendekati lebaran,” ucapnya.
Usai meninjau ruas jalan Waipia-Saleman, perjalanan lalu dilanjutkan menuju ke Seram Bagian Utara, tepatnya di Desa Rumah Olat. Di desa itulah, kumparan dan tim BPJN beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan esok hari.
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram. (Foto: Diah Harni/kumaran)
Pada hari selanjutnya, Sabtu (2/6), perjalananan dilanjutkan menuju Taniwel. Perjalanan menuju kota itu melalui jalur pesisir. Sehingga sepanjang perjalanan, di ruas sebelah kanan jalan, pantai-pantai dan gugusan pulau di seberang Pulau Seram bisa terlihat dengan jelas. Sementara di ruas kiri jalan, terbentang bukit dengan padang rumput yang luas.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, jalur Trans Maluku yang dibangun di sana belum sepenuhnya sempurna. Pada beberapa titik, jalanan di ruas jalan Taniwel terlihat belum diaspal. Dampaknya, saat dilewati, jalanan menjadi berdebu. Bahkan, jarak pandang mobil juga menjadi berkurang akibat debu tanah yang beterbangan.
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram (Foto: Diah Harni/kumparan)
Dari Taniwel, kumparan lalu melanjutkan perjalanan menuju Piru, sebuah kota yang terletak di Seram Bagian Barat. Saat menuju Piru, hari mulai gelap. Satu-satunya penerangan di sepanjang perjalanan, hanya berasal dari mobil yang kami naiki.
Tak hanya itu, di dalam perjalanan, juga sempat ditemukan jembatan yang pengerjaannya belum selesai. Satrio menjelaskan, jembatan itu adalah satu-satunya jembatan yang belum selesai dibangun, yang ada di jalur Trans Maluku.
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram (Foto: Diah Harni/kumparan)
“Total jembatan ada 9 di Jalur Trans Maluku. Tapi hanya dari Saleman ke Piru yang belum selesai. Lainnya sudah rampung,” ucap dia.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di Piru, rombongan lalu beristirahat di sana. Esok harinya, Minggu (3/6), perjalanan dilanjutkan menuju lokasi terakhir: Waisela.
Kondisi jalan dari Piru menuju Waisela sebagian sudah terlihat baik dan beraspal. Sementara sisanya masih belum diaspal. Bahkan, pada beberapa titik, ada kubangan yang masih terlihat.
Jalur Trans Maluku di Pulau Seram (Foto: Diah Harni/kumparan)
Program pembangunan jalan trans Maluku di Pulau Seram total dibangun sepanjang 914 km. Rinciannya yakni dari Amahai-Saleman 84 km, Saleman-Bula 263 km, Kairatu-Waisala 228 km, Sp Ety-Werinama 339 km.
Namun, Kementerian PUPR berencana akan menambah jalur sepanjang 45 km dari Bula ke Air Nanang.
Total anggaran yang diperlukan untuk membangun ruas jalan Trans Maluku sekitar Rp 5 Triliun. Darma menjelaskan, saat ini, pembangunan jalur di seluruh wilayah Seram itu sudah mencapai 70 persen.
ADVERTISEMENT
“Total anggaran Rp 5 Triliun. Tapi kita sudah punya progress sekitar ya Rp 3 triliun sekian,” ucap Satrio.
“Mungkin sekitar 30 persen yang belum fungsional. Sebenarnya sudah fungsional semua tapi ada beberapa jalan yang tadi kita lihat belum beraspal, masih tanah, jembatan belum selesai, dan lain lagi,” lanjutnya.