Menkes: Orang Gila Bisa Menyerang karena Berhalusinasi

20 Februari 2018 17:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek. (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek. (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejumlah insiden penganiayaan yang menyerang pemuka agama di Indonesia saat ini kembali terjadi. Baru-baru ini, aksi penyerangan terhadap seorang kiai kembali terjadi di Karangasem, Lamongan, Jawa Timur, Minggu (18/2).
ADVERTISEMENT
Korban bernama Kiai Hakam Mubarok diserang setelah melakukan teguran ke seorang pria saat hendak melaksanakan salat zuhur. Sebelumnya, kasus penyerangan Romo dan jemaat di Gereja Santa Lidwina Stasi Bedog, Yogyakarta, yang sedang menjalankan ibadah misa ekaristi juga terjadi.
Pada kasus lainnya, dua ulama di Jawa Barat, Kiai Emon Umar Basri dan Komandan Brigade Persis, H.R. Prawoto dianiaya orang tak dikenal. Polisi menyimpulkan kedua ulama tersebut diduga dianiaya oleh orang pengidap gangguan jiwa.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek angkat bicara soal perlakuan para pelaku. Nila menuturkan, biasanya, para pengidap gangguan jiwa memiliki halusinasi sendiri.
"Tapi jadi gini, kalau kita stres, kita keluar halusinasi sendiri. Halusinasi-halusinasi itu tergantung. Jadi tidak bisa disetir, enggak ada. Macam-macam sih ya. Karena tergantung dianya. Tergantung apa yang dialami pikirannya," ujar Nila di Istana Negara, Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (20/2).
ADVERTISEMENT
Nila menuturkan, jika para pengidap gangguan jiwa sudah bertindak melukai orang lain, maka harus segera diobati. Pasalnya, kata dia, jika sudah dikuasai halusinasi, mereka selalu merasa ada yang 'membisiknya' untuk berbuat sesuatu di luar kesadaran.
"Karena dia terus berhalusinasi. Jadi dia selalu ada yang bisik di telinganya. Jadi dia merasa ada yang bisiki. Misalnya dia bilang, 'saya pernah tanya, kamu kenapa?' 'Bapak saya mau bunuh saya, bapak saya mau bunuh saya'. Itu terus. Bapaknya mungkin enggak mau bunuh dia, tapi di benak dia itu terus. Nah itu bisa memicu dia kalau bapaknya dia pikir mau bunuh, dia duluan yang membunuh. Jadi kita harus obati," kata Nila.
"Berikan obat penenang, obat ini supaya dia hilang. Tidak muncul. Kita tekan dulu supaya pelan-pelan kita bimbing lagi," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari kasus serupa, Nila mengimbau masyarakat segera mendeteksi dini orang-orang terdekat yang dirasa perlu pendampingan khusus tentang kejiwaan. Jika menemukan orang-orang seperti itu, Nila meminta masyarakat untuk segera membawanya ke psikiater.
"Misalnya diam sampai benar-benar dia menjadi skizo (skizofrenis, gangguan mental kronis), yang kamu lihat gila, maaf saya minta maaf, sudah enggak pakai baju di jalan. Nah bisa sampai begitu. Kami tentu mengharapkan deteksi dini itu sebelum dia jatuh sampai seperti itu harus terus diobati. Bisa dengan psikolog, psikiater. Jadi artinya diberi ruang untuk kita untuk bisa dia curhatlah," ujarnya.