Menristek Imbau PT Bikin Prodi e-commerce dan Artificial Intelligence

26 November 2018 20:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menristekdikti, M. Nasir. (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menristekdikti, M. Nasir. (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
ADVERTISEMENT
Revolusi industri 4.0 mendorong adanya perubahan di semua lini agar sumber daya di Indonesia dapat bersaing secara global. Tak terkecuali bidang pendidikan tinggi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menristekdikti Mohamad Nasir mendorong agar perguruan tinggi mengembangkan pembelajaran dengan e-learning. Serta, selaras dengan arahan Jokowi, perguruan tinggi diminta untuk membuat program studi yang kekinian dan sesuai kebutuhan industri.
"Sekarang yang sudah ada, orang membuka logistik manajemen, ada supply management, ada yang digital economy. Ini kemarin, 21 November, yang akan membuka program studi, ITB me-launch program studi artificial intelligence (AI)," ungkap Nasir usai rapat dengan Presiden Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (26/11).
"Jadi perguruan tinggi harus berkreasi dengan baik. Kalau enggak berkreasi ketinggalan," tegasnya.
Nasir meminta perguruan tinggi tak terpaku pada pendidikan di masa lalu. Terlebih, kata dia, saat ini sejumlah aturan untuk mendirikan program studi telah dipangkas alias menjadi mudah.
ADVERTISEMENT
"Program studi kan dulu diatur (Kemenristekdikti), saya sudah lepas ini sejak 2017. Sudah enggak usah diatur, biarkan pasar menentukan, dan industri yang membutuhkan itu," jelasnya.
e-commerce (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
e-commerce (Foto: Pixabay)
Selain itu, untuk masalah akreditasi, saat ini program studi bisa dibuat tanpa harus tercatat akreditasinya. Namun akreditasi akan dinilai dan diberikan seiring berjalannya proses.
"Akreditasi hanya dilakukan pada prosesnya, bukan dilakukan dalam perizinan. Dulu kan perizinan harus akreditasi dulu, kapan berdirinya, kalah gitu. Nah ini sudah kami pangkas," ungkap Nasir.
Selain itu, ada insentif lain yang diberikan untuk perguruan tinggi. Yakni perekrutan tenaga dosen tak perlu dari lulusan S2, tapi dari para ahli atau berpengalaman.
"Contoh yang sekarang audiovisual, ternyata di kampus itu enggak ada yang S2 menangani bidang audiovisual. Tapi orang-orang yang punya pengalaman, silakan masuk di situ," kata dia.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Nasir mengungkapkan sudah ada 150-an program studi inovatif yang dibuat oleh perguruan tinggi. Namun, ia tak menjelaskan secara rinci universitas mana saja yang membuka program studi inovatif tersebut.
"Yang muncul itu sekitar 100-150an ya, di seluruh perguruan tinggi Indonesia. Jadi ada yang mengembangkan di bidang perkebunan kopi ada juga. Jadi riset-riset ini yang harus kita dorong, perguruan harus kita dorong," ucapnya.