Menristekdikti: Riset, Awal Mula Bisnis Startup

11 Agustus 2017 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menristekdikti di Makassar (Foto: Yurika Kencana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menristekdikti di Makassar (Foto: Yurika Kencana/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perusahaan startup sebagai salah satu perusahaan dalam proses hilirisasi dan komersialisasi produk-produk inovasi dinilai perlu memiliki daya kompetitif dan efisiensi yang tinggi. Riset dinilai menjadi dasar berdirinya sebuah perusahan rintisan.
ADVERTISEMENT
"Riset inilah awal mula adanya startup," kata Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pada Seminar Forum Startup Nasional dengan tajuk "Menumbuhkembangkan Start Up Nasional Berdaya Saing Global" di Universitas Negeri Makassar, Jumat (11/8).
Menristekdikti di Makassar (Foto: Yurika Kencana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menristekdikti di Makassar (Foto: Yurika Kencana/kumparan)
Nasir berpendapat bahwa pertumbuhan perusahaan startup tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan riset. Untuk itu, Nasir mendorong para peneliti untuk lebih menggalakkan riset.
Menurut Nasir, riset jangan hanya berhenti pada publikasi ilmiah semata, namun harus berlanjut hingga tahap purwarupa dan komersialisasi. Ia mengingatkan bahwa suatu produk inovasi tidak ada artinya jika berharga mahal, umur ekonomis pendek, dan pengerjaan rumit.
Nasir kemudian mencontohkan produk inovasi yang telah dirintis yaitu Kapal Nelayan Plat Datar yang diluncurkan oleh Wakil Presiden, Jusuf Kalla, pada puncak peringatan Hakteknas (10/8) lalu. Produk tersebut memiliki harga yang murah, lebih murah dari kapal berbahan kayu maupun fiber. Dari sisi umur ekonomis, kapal ini memiliki umur pemakaian yang lama bisa sampai 30 tahun. Dan dari sisi pengerjaan, kapal ini lebih sederhana dan lebih cepat dibandingkan pengerjaan kapal pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Nasir mengatakan bahwa upaya menumbuhkembangkan bisnis rintisan khususnya di perguruan tingggi sudah dilakukan sejak tahun 2014 melalui pusat unggulan inovasi di berbagai kampus. Di pusat unggulan inovasi inilah dilakukan penggodokkan hasil-hasil riset supaya siap menjadi produk inovasi. Untuk itu kerja sama dengan industri menjadi faktor penting dalam fase hilirisasi produk inovasi.
"Dari produk inovasi ini jika mampu dihilirkan dan dikomersialkan dengan baik akan memiliki efek multiplayer. Ekonomi masyarakat bisa berkembang lebih baik," kata Nasir.
Nasir mencontohkan bisnis rintisan kopi dan kakao yang dikembangkan di Jember. Dari sektor hulu mulai dari penyediaan bibit, proses penanaman, dan pemanenan dan pengolahan bahan mentah sudah berjalan baik. Namun di sisi industri pengolahannya masih berjalan normatif. Untuk itu Kemenristekdikti akan bekerja sama dengan Swiss untuk mengolah hasil kakao menjadi produk unggulan coklat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Nasir pun mengatakan pihaknya siap memfasilitasi antara para pelaku bisnis rintisan ini dengan para pemodal. "Kalau start up ini punya daya saing bagus, pasti diincar oleh investor," kata dia.