Mensos: Bantuan Internasional Kemungkinan Hanya Barang, Bukan Relawan

1 Oktober 2018 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Genset untuk tambahan listrik darurat dikirim menggunakan pesawat Hercules TNI AU pagi ini ke Kota Palu, Senin (1/10/2018). (Foto: Twitter @Sutopo Purwo Nugroho ‏)
zoom-in-whitePerbesar
Genset untuk tambahan listrik darurat dikirim menggunakan pesawat Hercules TNI AU pagi ini ke Kota Palu, Senin (1/10/2018). (Foto: Twitter @Sutopo Purwo Nugroho ‏)
ADVERTISEMENT
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, bantuan internasional yang akan masuk ke Palu dan Donggala hanya berupa barang logistik, bukan relawan. Menurutnya, Presiden Joko Widodo memang menyatakan bahwa banyak negara asing yang ingin memberikan bantuan untuk korban bencana tsunami di Palu dan Donggala.
ADVERTISEMENT
“Bukan perintah dari Menlu ya. Jadi ada pemahaman dari presiden bahwa banyak negara-negara sahabat yang ingin bantu. Kemudian nanti presiden menyatakan bahwa negara-negara itu diperbolehkan untuk membantu, tapi nanti akan dikoordinir seperti apa mekanismenya atau jenis bantuannya, nah itu akan dikoordinir kembali oleh Menkopolhukam,” jelas Agus di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/10).
“Jadi kemungkinan-kemungkinan (bantuan) itu hanya barang ya. Jadi tidak mereka (relawan asing) masuk ke Indonesia, apalagi ke lokasi. Jadi kemungkinan besar kita terima dan nanti kita sendiri yang akan mendistribusiikan bantuan-bantuan itu,” tegasnya.
Pelepasan sebanyak 200 prajurit TNI, 35 Basarnas dan dua Kominfo guna memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana gempa dan tsunami. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Pelepasan sebanyak 200 prajurit TNI, 35 Basarnas dan dua Kominfo guna memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana gempa dan tsunami. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Agus juga meminta semua pihak termasuk pemerintah untuk menjadikan bencana tsunami yang melanda Palu dan Donggala sebagai pelajaran. Pasalnya, alat pendeteksi dini tsunami tidak lagi berfungsi sejak tahun 2012.
ADVERTISEMENT
“(Buoy) itu memang penting. Kalau belum ada memang penting, karena ada yang beberapa menjadi pembelajaran kita. Faktanya, kita hidup di ring of fire di jalur itu, kan, maka dalam tahun terakhir dari awal Januari hingga sekarang banyak bencananya. Jadi sistem tersebut itu perlu diperbanyak," tuturnya.
Agus mengakui memang alat pendeteksi tsunami atau buoy harganya cukup mahal. Namun pengadaan buoy, menurutnya, sangat diperlukan untuk investasi di masa depan, sehingga pihak-pihak terkait dapat mengantisipasi bencana yang sama dengan lebih baik.
"Memang agak mahal (tapi) palig tidak untuk investasi, mitigasi kalau ada bencana berikutnya,” pungkasnya.