news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menteri Yohana Minta Sekolah dan Keluarga Aktif Cegah Bullying

17 Juli 2017 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yohana Yembise, Menteri PPPA. (Foto: www.kemenpppa.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Yohana Yembise, Menteri PPPA. (Foto: www.kemenpppa.go.id)
ADVERTISEMENT
Video seorang siswi SMP dijambak dan dibully oleh sekelompok remaja viral di media sosial. Dalam video itu terlihat siswi tersebut dijambak berkali-kali hingga tersungkur ke lantai.
ADVERTISEMENT
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise menyebut bahwa perilaku bullying itu sebenarnya berasal dari dalam keluarga. Bisa jadi keluarga pelaku sering melakukan kekerasan fisik di rumah.
"Pertama anak itu berasal dari keluarga yang suka melakukan kekerasan fisik di rumah dan kekerasan yang lain, jadi mereka meniru dari yang dilakukan orang tua dan lingkungan di mana mereka tinggal. Akhirnya di sekolah bila terjadi kekacauan sedikit atau kericuhan, larinya ke masalah bullying," kata Yohana Yembise di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (17/7).
"Kalau peraturan yang kita buat adalah sistem peradilan pidana anak, kalau sampai dimajukan ke ranah hukum maka akan berhadapan dengan sistem peradilan pidana anak yang sistemnya restorative justice sehingga larinya akan ke mediasi," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Yohana juga menyebut, tayangan-tayangan soal kekerasan lewat sinetron televisi juga mempengaruhi perilaku bullying di lingkungan anak-anak saat ini. Kementeriannya pun akan melakukan sortir terhadap siaran televisi ini.
Ia berharap agar televisi bisa memberikan logo terhadap tontonan-tontonan yang bisa dilihat oleh anak-anak. Seperti mungkin menampilkan logo informasi dalam siarannya.
"Ya salah satunya itu (sinetron), tadi pertama dari keluarga yang keras di rumah yang suka melakukan kekerasan fisik dan kedua dari hal eksternal dari faktor media itu, tontotan," ucap Yohana .
Selain itu, ia meminta pihak sekolah agar menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak. Misalnya, anak tidak diperbolehkan melakukan kekerasan, minum minuman keras atau merokok. Jika guru hendak merokok, sebaiknya dilakukan di luar sekolah.
ADVERTISEMENT
Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, Yohanna mengaku sudah ada sekitar 3.000 sekolah ramah anak di seluruh Indonesia. Kerja sama antar kementerian dan lembaga juga sudah dilakukan untuk mengatasi kasus bullying yang ada.
Namun, permasalahan yang menjadi pemicu adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk mencegah budaya kekerasan pada anak.
"Tinggal bagaimana kesadaran masyarakat saja terutama sekolah, khususnya para orang tua bagaimana mendampingi anak-anak mereka agar tidak melakukan kekerasan di mana-mana baik di sekolah maupun luar sekolah," tutur Yohana.