Menunggu Cerita Menarik dari Manado yang Penuh Damai

12 November 2018 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
kumparan 1001 Startup Media Online Manado (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
kumparan 1001 Startup Media Online Manado (Foto: kumparan)
ADVERTISEMENT
Kota Manado, Sulawesi Utara, merupakan kota terbesar kedua di kepulauan Sulawesi setelah Makassar. Kota yang dihuni 474.034 jiwa ini didominasi masyarakat dari suku Minahasa.
ADVERTISEMENT
Dari total jumlah penduduk, 61,08 persen penduduknya penganut Kristen Protestan. Sementara persentase umat Muslimnya 27,53. Sisanya, 11,37 persen, terbagi antara Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu.
Meski terdapat banyak keyakinan, Manado disebut sebagai salah satu kota paling toleran di Indonesia pada 2017. Setara Institute menilai indeks toleransi Manado mencapai 5,9. Angka yang sama juga diperoleh oleh Pematangsiantar, Salatiga, Singkawang, dan Tual.
Ilustrasi agama. (Foto: Tumblr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi agama. (Foto: Tumblr)
Tidak hanya menyoal angka, kerukunan beragama di kota seribu gereja ini memang tertanam sejak lama. Sebagai contohnya, di Desa Mopuya, Bolaang Mongondow, Manado. Di lokasi ini terdapat tiga tempat beribadah dari agama Muslim, Kristen, dan Hindu berdampingan. Hingga akhirnya desa tersebut dinobatkan sebagai Desa Sadar Kerukunan tahun 2017.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kawasan masjid dan rumah kiai di Pondok Pesantren Assalam, Bailang, Manado, dibangun di tanah bekas kandang babi. Pemilik tanah tersebut mewakafkan untuk dibangun masjid pada tahun 1990-an silam.
Potret toleransi lainnya juga terjalin saat masing-masing umat agama melakukan proses ibadah. Sebagai contohnya, saat ibadah Minggu siang di Ratatotok, Minahasa Tenggara sedang berlangsung, penjaga masjid tidak menyalakan pengeras suara. Ketika Natal ataupun Idul Fitri, masing-masing umat juga menjaga keamanan secara bergantian satu sama lain.
Lalu bagaimana dengan potret toleransi dari kepercayaan lainnya? Sebut saja Konghucu. Atau mungkin kearifan lokal Manado yang belum tersebar luas sebagai percontohan penerapan toleransi Indonesia? Tentu saja cerita-cerita ini sangat menarik untuk dikulik dan dipublish.
ADVERTISEMENT
Tertarik tapi bingung bagaimana caranya? Ikutan saja program kumparan 1001 Startup Media Online. Melalui program ini kamu bisa membuat media untuk menyebarkan peristiwa, isu yang sedang berkembang di Manado ataupun mempromosikan pariwisata dan potensi daerah.
Tenang, peserta terpilih akan mendapatkan pendampingan dari kumparan. Jadi, tidak perlu ragu jika memang belum memiliki pengalaman jurnalistik. Bonusnya lagi, 35 media terpilih akan mendapatkan bantuan operasional senilai total Rp 3,5 miliar.
Penasaran syarat dan cara ikutannya gimana? Buruan klik link pendaftarannya di sini. Ingat ya, tidak usah lama-lama soalnya pendaftarannya hanya sampai 29 November 2018.