

ADVERTISEMENT
Segenap rakyat Indonesia berduka atas berpulangnya Presiden ke-3 RI BJ Habibie, Rabu (11/9) malam. Negara telah menetapkan hari berkabung nasional sejak hari ini hingga 14 September 2019 mendatang.
ADVERTISEMENT
Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Ia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.
Sosok Habibie kecil sangat menggemari membaca dan terkenal jenius. Ia menunjukkan ketertarikannya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang Fisika.
Habibie sempat belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (kini dikenal Institut Teknologi Bandung atau ITB) pada tahun 1954. Namun, hanya beberapa bulan di ITB, ia memutuskan untuk meneruskan pendidikan ke Jerman.
Pemikiran Habibie terkait teknologi membuat Presiden ke-2 RI Soeharto kagum, hingga akhirnya dia dipanggil untuk kembali ke Indonesia pada 1973. Habibie diminta untuk menjadi Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT yang memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis.
ADVERTISEMENT
Habibie juga merupakan pendiri PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), atau yang kini berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Tekad kuat dan kejeniusan Habibie mendorong pembangunan IPTN menjadi industri aeronautika pertama di Indonesia pada 1976.
Selain di bidang teknologi, Habibie merupakan sosok yang mendukung lahirnya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ia bahkan menjadi ketua pertama yang menahkodai organisasi yang berdiri pada 6 Desember 1990 itu.
Di luar dua bidang tersebut, Habibie tetaplah manusia biasa. Ia mengajarkan bahwa cinta haruslah dibarengi dengan kesetiaan. Selama lebih dari 40 tahun, ia menjalani hidup dengan penuh cinta dan kebahagiaan dengan istrinya, Ainun.
Kisah cinta mereka berdua menginspirasi sutradara Hanung Bramantyo, yang lalu difilmkan dengan judul Habibie & Ainun.
ADVERTISEMENT