Menyambung Harapan dari Kaki Palsu

16 September 2019 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melakukan pengukuran dan pencetakan kaki palsu untuk seorang penyandang disabilitas di kantor Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (16/9/2019). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melakukan pengukuran dan pencetakan kaki palsu untuk seorang penyandang disabilitas di kantor Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (16/9/2019). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah tenda kecil berdiri di tengah halaman pekarangan kantor Dinas Sosial (Dinsos) Aceh. Di bawahnya, sekelompok penyandang tuna daksa perempuan dan lelaki duduk rapi sambil memegang kertas biodata diri. Mereka tengah mengantre menunggu giliran pengukuran kaki dan tangan palsu.
ADVERTISEMENT
Tamam (37) duduk di kursi deretan paling belakang, sekilas raut wajahnya tampak masih memendam rasa lelah. Menempuh 11 jam perjalanan via darat dari kota Subulussalam menuju Banda Aceh.
Petugas melakukan pengukuran dan pencetakan kaki palsu untuk seorang penyandang disabilitas di kantor Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (16/9/2019). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Tiga bulan lalu penyakit yang tak diketahui bersarang di kaki kanan Tamam. Penyakit itu telah menyebabkan dia kehilangan satu anggota badan. Dokter menyarankan agar kakinya diamputasi.
Sejak saat itu Tamam berjalan menggunakan bantuan tongkat. Aktivitas sehari-harinya tak lagi seperti biasa, Tamam bahkan harus merelakan kehilangan pekerjaan sebagai buruh harian.
Pascadiamputasi hingga hari ini belum ada pekerjaan. Kaki saya bukan karena kecelakaan, penyebab awalnya timbul luka-luka. Waktu kontrol gula ke rumah sakit dokter bilang aman saja. Terakhir seingat saya, dokter cuma bilang jangan merokok lagi. Itu saja,” kata Tamam, Senin (16/9).
Petugas melakukan pengukuran dan pencetakan kaki palsu untuk seorang penyandang disabilitas di kantor Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (16/9/2019). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Secercah harapan datang saat Tamam mendapat kabar tentang adanya bantuan kaki palsu. Tamam disarankan melapor ke Dinsos kota setempat untuk memperoleh bantuan tersebut. Setelah mendaftar, nama Tamam masuk dalam daftar penerima bantuan dan berangkat ke Banda Aceh untuk melakukan pengukuran kaki palsu.
ADVERTISEMENT
“Harapan dengan adanya kaki ini bisa kerja lagi atau memudahkan untuk beraktivitas. Senang sekali karena sangat tertolong,” ungkapnya.
Petugas melakukan pengukuran dan pencetakan kaki palsu untuk seorang penyandang disabilitas di kantor Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (16/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa
Cerita yang sama juga datang dari seorang pelajar asal Aceh Timur, Alfath (14). Dua tahun lalu saat dirinya masih duduk di bangku kelas 6 SD, kanker menyerang kaki kanannya hingga harus diamputasi.
Sejak saat itu pula Alfath bersekolah dengan bantuan tongkat. Alftah kini duduk di bangku kelas 2 SMP, dia datang bersama rombongan dari Aceh Timur ke kantor Dinsos Aceh. Namanya masuk dalam daftar penerima bantuan kaki palsu tahun 2019.
“Kalau ke sekolah pakai tongkat, berharap dengan adanya kaki palsu ini sekolah bisa tambah semangat lagi,” ucapnya tersenyum.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 100 penyandang tuna daksa berasal dari 17 kabupaten/kota di Aceh mengikuti pengukuran kaki dan tangan palu di kantor Dinsos Aceh. Bantuan itu merupakan bentuk perhatian pemerintah agar para disabilitas mendapatkan bantuan selayaknya.
Sekretaris Dinsos Aceh, Devi Iriansyah, mengatakan, pengukuran dilakukan agar para penerima mendapatkan bantuan sesuai kebutuhan masing-masing.
“Harus benar-benar diukur dan disesuaikan tinggi, besar kakinya agar sesuai dengan tubuh mereka,” kata Devi.
Petugas melakukan pengukuran dan pencetakan kaki palsu untuk seorang penyandang disabilitas di kantor Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (16/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa
Pengukuran kaki dan tangan palsu ini berlangsung selama dua hari mulai Senin 16 hingga 17 September. Proses pembuatan menghabiskan waktu sekitar tiga Minggu. Setelah itu para penerima dipanggil kembali untuk menerima (pemasangan) kaki dan tangan palsu serta mendapatkan sosialisasi cara merawatnya.
ADVERTISEMENT
Devi menyebutkan, dalam pelaksanaan pemberian bantuan tersebut, Dinsos Aceh menggandeng Yayasan Kasih Tuna Daksa sebagai pemasok atau penyedia kaki dan tangan palsu sesuai rekomendasi Kementerian Sosial.
“Alat tubuh palsu itu membutuhkan anatomi tertentu sehingga dalam proses pengukuran dan pembuatannya, Dinsos Aceh merujuk kepada Kemensos yang sudah bekerja sama dengan Yayasan Kasih Tuna Daksa,” ungkapnya.
Petugas melakukan pengukuran dan pencetakan kaki palsu untuk seorang penyandang disabilitas di kantor Dinas Sosial Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (16/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa
Proses untuk mendapatkan bantuan tersebut sangat mudah, bagi warga yang membutuhkan cukup datang melapor ke Dinsos kabupaten/kota masing-masing, selanjutnya nama-nama tersebut akan dikirimkan ke Dinsos Provinsi.
“Setiap tahunnya jumlah bantun kaki dan tangan palsu ini sebanyak 100, namun yang mendaftar selalu melebihi kuota. Mereka yang tidak dapat diprioritaskan untuk tahun berikutnya. Bantuan ini bersumber dari anggaran APBA Pemerintah Aceh,” pungkas Devi.
ADVERTISEMENT