Menyapa Warga Lereng Gunung Merapi saat Lebaran

16 Juni 2018 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gunung Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gunung Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Meski hingga saat ini Gunung Merapi masih berstatus waspada karena beberapa kali menyemburkan erupsi, euforia warga sekitar lereng gunung dalam merayakan lebaran tak surut. Seperti Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya, warga lereng Gunung Merapi tampak larut dalam suka cita, saling bersilaturahmi. Tak terlihat adanya kecemasan akan munculnya erupsi susulan.
ADVERTISEMENT
kumparan berkesempatan untuk berlebaran sekaligus melihat kondisi Merapi dari Dusun Tontro, Desa Sumbar, Kabupaten Magelang, yang hanya berjarak 5 kilometer dari puncak Merapi. Dari sana, puncak Merapi terlihat jelas, tak terhalang asap tebal yang tampak saat erupsi beberapa waktu lalu. Satu-satunya yang terlihat hanya hamparan kering dan tandus dari puncak Merapi.
Sejak lama, bagi warga sekitar, Merapi memiliki nilai historis yang sangat kuat. Bahkan, gunung berapi teraktif tersebut tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Merapi itu nyawa masyarakat. Kita (masyarakat Lereng Merapi) sejak lama hidup berdampingan dengan Merapi. Meski merapi selalu meletus, ya kita selalu siap siaga,” ujar Tenang (55), salah seorang warga Dusun Tontro, Sabtu (16/6).
Warga sekitar Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Warga sekitar Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Tenang mengakui, rentetan erupsi yang terjadi beberapa waktu lalu memang sedikit membuat warga gusar karena bertepatan dengan ibadah puasa Ramadhan. Meski demikian, warga tetap menganggap musibah itu adalah cara Tuhan memperingatkan manusia dan merefleksikan diri atas dosa dan perbuatan masing-masing.
ADVERTISEMENT
“Kalau kata sesepuh, Merapi itu selalu mengingatkan masyarakat melalui letusannya. Letusannya itu mengingatkan masyarakat akan kuasa Tuhan. Ibarat ya jangan mementingkan urusan dunia saja,” terang Tenang.
Warga sekitar juga selalu optimistis, kehadiran Merapi akan selalu membawa berkah dan kedamaian. Mereka, tak pernah menyalahkan gunung tersebut jika letusannya membawa bencana. Sebab, masalah bencana adalah takdir dari Tuhan.
Kepala Desa Sumber, Maryono (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Desa Sumber, Maryono (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Sementara itu, Kepala Desa Sumber, Maryono (40), menjelaskan warga lereng Merapi saat ini sudah melek dengan mitigasi bencana Gunung Merapi. Sehingga, warga bisa selalu sigap, apapun kondisi Merapi.
“Saat erupsi, masyarakat tenang tapi sigap saat letusan (Gunung Merapi). Mereka sudah tanggap yang namanya mitigasi bencana. Bagaimana meminimalkan dampak bencana Gunung Merapi,” jelas Maryono saat ditemui di kediamannya di Dusun Tontro, Sabtu (16/6).
ADVERTISEMENT
Mitigasi tersebut, bisa berupa kesiapan warga untuk mengungsi hingga patroli forum tanggap bencana yang dilakukan masing-masing dusun setiap malam. Selain itu, desa-desa yang berada di dekat puncak Merapi, juga telah bekerja sama dengan desa-desa di radius aman dalam hal menampung pengungsi dengan sistem sister village.
“Kerja sama antar desa itu memang sengaja dibentuk untuk mitigasi bencana. Biar kalau warga mengungsi jadi jelas mau mengungsi ke mana. Terarah, terkoordinir,” jelas Maryono.
Warga sekitar Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Warga sekitar Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Maryono tak menampik, hingga saat ini memang masih ada warga yang sulit diajak mengungsi dengan berbagai alasan. Mulai dari soal ternak hingga masalah kepecayaan terhadap Merapi.
“Kalau ternak sebenernya sudah disiapkan pengungsian khusus ternak dari relawan. Kalau yang susah mengungsi itu yang sesepuh yang masih percaya hal ghaib. Apalagi yang punya pengikut,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasinya, biasanya perangkat desa akan melakukan pendekatan lunak. Salah satunya dengan merayu mereka hingga luluh.
Ilustrasi Gunung Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gunung Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
“Saya sampai bilang, saya antar ke mana saja asalkan turun (mengungsi). Masalah harta benda itu kehendak Allah. Ya biasanya langsung pada nurut,” pungkasnya.
Kondisi warga lereng Merapi yang selalu siap siaga menunjukkan bahwa risiko bencana Merapi dapat dikurangi. Kelekatan warga dengan Merapi membuktikan, dalam kondisi sebahaya apa pun mereka dan keturunannya akan selalu hidup berdampingan dengan alam sekitarnya.