Menyelamatkan Cenderawasih si Burung Surga Papua

11 November 2017 15:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tanah Papua bukan hanya memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Provinsi di ujung timur Indonesia itu juga punya fauna yang beragam, terlebih untuk jenis burung. Sebut saja burung kasuari, kakak tua, hingga cenderawasih.
ADVERTISEMENT
Cenderawasih bukan sekadar burung dari Papua. Namanya tersohor sebagai salah satu burung terindah di dunia. Tubuh dan bulunya berwarna-warni, dengan ekor tumbuh memanjang dari sayap. Karena keindahannya inilah, orang-orang barat menjuluki cenderawasih sebagai bird of paradise atau burung surga.
Burung cenderawasih sudah memikat orang-orang Eropa sejak abad ke-16 ketika para penjelajah benua biru itu mulai mengeksplorasi belahan bumi bagian timur dan selatan.
Namun kini, keberadaan si burung surga makin sulit ditemui di habitatnya sendiri. Sekadar melihatnya sekilas di alam liar Papua menjadi pemandangan langka.
Di desa Malagufuk, Papua Barat, sesekali masih terlihat seekor burung cenderawasih berkepala merah yang merupakan jenis burung cenderawasih raja.
Cendrawasih (Foto: Wikimedia Commons)
Apa yang menyebabkan jumlah burung cenderawasih kian hari kian berkurang? Disinyalir penyebab utamanya adalah perburuan dan pembalakan hutan yang merajalela. Saat ini banyak hutan di Papua yang dialihfungsikan menjadi lahan industri.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan perburuan. Meski burung cenderawasih sudah masuk kategori langka dan dilindungi, mereka tetap jadi buruan utama untuk kemudian dijual kembali sebagai peliharaan atau hiasan. Masalah ini terus terjadi walaupun sudah ada larangan yang jelas, lantaran peminat burung surga ini tinggi.
Di Sorong, Papua Barat, salah seorang penjual cenderamata mengatakan kepada AFP bahwa gelang tradisional yang dibuat dengan bulu cenderawasih bisa laku hingga 112 dolar AS atau sekitar Rp 1,5 juta.
Charles Roaring (kiri) di hutan Papua (Foto: GOH CHAI HIN / AFP)
Charles Roaring, pemerhati lingkungan hidup di Papua, mengatakan ancaman terbesar bagi kepunahan burung cenderawasih adalah perkebunan kelapa sawit.
"Saat ini ancaman bukan hanya perburuan satwa liar, tapi pembalakan liar. Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan perkebunan kelapa sawit merupakan ancaman terbesar," ujar Charles seperti dilansir AFP.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 41 spesies burung cenderawasih hidup di Indonesia, dan 37 di antaranya dapat ditemukan di Papua.
Serene Chng, salah seorang aktivis dari LSM lingkungan hidup, mengatakan cenderawasih banyak diselundupkan ke daerah lain di Indonesia dan Asia Tenggara.
"Penegakan hukum sangat lemah," kata dia.
Serene menambahkan, banyak tantangan yang harus dihadapi untuk melawan perburuan dan perdagangan ilegal burung cenderawasih.
"Tantangan itu mulai dari permintaan konsumen, korupsi, pengawasan yang buruk, serta kurangnya dukungan dari lembaga non-penegak hukum yang dapat membantu maskapai penerbangan meminimalisir hal itu terjadi (penyelundupan)," ujarnya.
Hiasan burung cenderawsih yang dijual di pasar (Foto: GOH CHAI HIN / AFP)
Menyelamatkan cenderawasih
Menurut pemerhati lingkungan dari LSM Belantara Sorong, Max Binur, perusahaan kelapa sawit mulai beroperasi di dekat desa Malagufuk, Papua Barat, sejak 2014.
ADVERTISEMENT
Binur tahu warga khawatir keberadaan perusahaan kelapa sawit akan menghancurkan hutan dan kehidupan tradisional desa mereka. Maka ia mengajukan solusi yang dia yakini akan melindungi hutan dan burung-burung di dalamnya.
Solusi yang ia usulkan adalah mengubah Malagufuk menjadi sebuah ecovillage, dengan mengajak penduduk setempat bekerja sebagai pemandu atau menyediakan akomodasi bagi wisatawan.
Jumlah wisatawan yang datang untuk melihat burung cenderawasih mencapai 20 orang setiap bulannya. Para wisatawan itu harus menempuh perjalanan dua jam untuk sampai ke permukiman warga.
Burung Cenderawasih (Foto: STR / AFP)
"Ini merupakan ekowisata menarik. Keluarga kami sebelumnya hanya mengenal burung cenderawasih dari film dokumenter," kata turis asal Jerman, Lisa von Rabenau.
Binur berencana untuk meluncurkan usaha ecovillage serupa di seluruh Papua, dan berharap pariwisata tersebut akan membantu mengonservasi burung-burung langka tersebut, sekaligus membawa keuntungan bagi warga setempat.
ADVERTISEMENT
"Wisatawan mendatangkan sedikit uang bagi mereka (penduduk lokal), sehingga mereka mampu mengirim anak-anak bersekolah, membeli pakaian, dan dengan ini akan sadar untuk menyelamatkan alam," kata dia.
Semoga Papua tetap menjadi surga si burung surga.