Meugang, Tradisi Rakyat Aceh Sambut Ramadhan

4 Mei 2019 16:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana masyarakat Kota Banda Aceh berburu daging di hari meugang menyambut bulan suci Ramadan di pasar Peunayong, Sabtu (4/5). Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Suasana masyarakat Kota Banda Aceh berburu daging di hari meugang menyambut bulan suci Ramadan di pasar Peunayong, Sabtu (4/5). Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Lorong Asoka Piramid, Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, masih sepi. Subuh baru saja usai, suara ayam berkokok saling bersahutan. Dedi (24) sudah berpakian rapi menutup rapat pintu rumah lalu berjalan ke persimpangan jalan yang berjarak 10 meter.
ADVERTISEMENT
Sabtu (4/5) pagi, Dedi terlihat ceria seraya memikul ransel bensar berisi baju. Dari jauh terdengar bunyi klakson mobil angkutan L300 sebanyak tiga kali. Tak lama kemudian mobil penumpang berwarna hijau itu berhenti tepat di depannya.
“Bang saya pulang kampung ya,” ucap Dedi melambaikan tangan.
Dedi menempuh perjalanan selama enam jam menuju kampung halaman di Kabupaten Aceh Barat Daya. Di Banda Aceh, Dedi hanya menumpang hidup mencari rezeki untuk membiaya keluarga di kampung. Menyambut Ramadhan kali ini, tempatnya bekerja memberikan izin cuti selama empat hari.
Mendapat kabar itu Dedi langsung semringah. Dia menghubungi orang tua di kampung mengabarkan kepulangannya. Dedi tak ingin menyia-nyiakan momen hari Meugang menjelang Ramadhan ini.
ADVERTISEMENT
Anak lelaki dari tiga bersaudara itu ingin merayakan hari Meugang, berkumpul bersama keluarga dan menikmati daging masakan ibunya.
“Mamak saya sejak tiga hari kemarin sudah telepon, beliau menanyakan apakah saya bisa pulang. Mamak nangis dia ingin sekali momen Meugang kali ini seluruh anak-anaknya berkumpul di rumah,” cerita Dedi kepada kumparan.
Tradisi meugang. Foto: Antara/Rahmad
Hal yang paling dirindukan saat Meugang adalah berkumpul dan menyantap daging bersama anggota keluarga. Bagi Dedi, sebagai pemuda yang hidup di perantauan, pulang di hari Meugang adalah wajib.
“Sesibuk dan sehebat apapun bagi seorang anak wajib pulang di hari Meugang. Itu kalau bagi saya, karena orang tua pasti telah menanti di rumah,” sebut Dedi.
Berbeda halnya dengan Andi, jarum jam telah bergeser menunjukkan pukul 13.00 WIB. Namun dirinya masih sibuk mengerjakan tugas di balik layar laptop di sebuah warung kopi kawasan Lampinenug, Banda Aceh.
ADVERTISEMENT
Gawai di saku tiba-tiba berbunyi. Andi kemudian beranjak bangun dari kursi dan berbicara dengan seseorang di balik telepon tersebut. Tak lama kemudian, wajahnya murung, tatapannya kosong tak menentu. Dia baru saja berbicara dengan sang ibu di kampung halaman.
“Terhambat dengan pekerjaan, saya tidak bisa pulang meugang kali ini. Rindu, ya rindu, ketika semua orang pulang, tetapi saya tidak bisa,” ujarnya.
Andi mengaku kalau dirinya ingin sekali pulang dan berkumpul bersama keluarga. Dia satu-satunya anggota keluraga sejak lima tahun terakhir tidak pernah pulang saat hari Meugang menyambut bulan suci Ramadhan.
“Sebenarnya ingin pulang, tetapi tidak pernah bisa. Karena tidak ada hari libur khusus saat Meugang,” kata Dedi.
Tradisi meugang. Foto: Antara/Rahmad
Untuk menutupi rasa kesedihan, Andi punya cara sendiri. Dia menghibur diri dengan menghubungi orang tua dan mengatakan kalau dirinya juga menikmati daging Meugang meski di tanah rantau.
ADVERTISEMENT
“Sedih itu jangan dinikmati. Untuk menghibur diri, saya menghubungi orang tua kalau saya di sini (Banda Aceh) juga menikmati daging Meugang,” imbuhnya.
Meugang adalah tradisi masyarakat Aceh menyambut Ramadhan. Meugang menjadi momen penting berkumpul dengan keluarga untuk menyantap masakan daging bersama keluarga sehari sebelum puasa. Tradisi seperti ini telah berlangsung secara turun-temurun dari sejak masa Sultan Iskandar Muda.
Di hari Meugang, bagi seorang ibu memasak daging merupakan wujud kecintaan kepada keluarga. Sementara bagi seorang ayah, membeli daging di untuk Meugang adalah bentuk tanggung jawab.
Kolektor manuskrip kuno Aceh, Tarmizi Abdul Hamid, mengatakan tradisi Makmeugang atau Meugang sudah berlangsung 400 tahun sejak masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Masa itu, jauh hari sebelum Meugang, kepala desa sudah menerima surat perintah dari Sultan untuk mendata warga miskin di desanya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Sultan melihat semua data yang telah dikumpulkan. Lalu menjelang Meugang akan diberikan uang kepada warga untuk membeli daging. Dalam literatur buku “Singa Aceh” dijelaskan bahwa Sultan sangat mencintai rakyatnya baik fakir miskin ataupun kaum duafa.
“Orang yang tidak mampu masa itu menjadi tanggung jawab Sultan. Dia kemudian mengeluarkan satu qanun (hukum) yang mengatur tentang pelaksanaan meugang,” ujar Tarmizi.
Merawat Tradisi untuk Generasi Milenial Pemko Banda Aceh Gelar Festival Meugang, Senin (20/8/2018). Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Qanun yang dikeluarkan Sultan kala itu diberi nama Meukuta Alam. Pada Bab II pasal 47 qanun tersebut disebutkan, Sultan Aceh secara turun temurun memerintahkan Qadi Mua’zzam Khazanah Balai Silatur Rahmi yaitu mengambil dirham, kain-kain, kerbau dan sapi dipotong di hari Mad Meugang. Maka dibagi-bagikan daging kepada fakir miskin, duafa, orang lasa, buta.
ADVERTISEMENT
Pada tiap-tiap satu orang yaitu daging, uang lima mas dan dapat kain enam hasta. Maka pada sekalian yang tersebut diserahkan kepada keuchieknya (kepada desa) masing-masing gampong daerahnya. Sebab sekalian semua mereka tersebut itu hidup melarat lagi tiada mampu membelikannya, maka itulah sebab Sultan Aceh memberi pertolongannya kepada rakyatnya yang selalu dicintai.
“Kenapa diatur begitu, karena Aceh kala itu memiliki kelebihan, kemakmuran, dan hasil alam yang sangat berlimpah. Jadi artinya menjelang bulan puasa, Sultan ingin rakyatnya tidak susah dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan,” sebut Tarmizi.
Perayaan Meugang juga bagian dari kegembiraan menyambut Ramadhan. Bulan suci bagi warga Aceh punya arti tersendiri. Bahkan di hari Meugang ini semua orang statusnya sama, baik kaya maupun miskin. Mereka semua membeli daging untuk dinikmati bersama keluarga.
ADVERTISEMENT