KONTEN SPESIAL BUNUH DIRI, Ilustrasi mendukung

Mewaspadai Bunuh Diri Menular ke Kerabat Korban

21 Maret 2019 11:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Spesial Jangan Bunuh Diri. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konten Spesial Jangan Bunuh Diri. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah panggilan telepon pukul dua dini hari pada medio Juni 2018 itu menyelamatkan hidup Bagus—bukan nama sebenarnya. Sepanjang malam pikirannya benar-benar kalut, sudah sepekan ia kesulitan tidur. Pria 26 tahun ini masih terpukul dengan kepergian seorang teman dekatnya yang meninggal akibat bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Sebagai lulusan psikologi dan tergabung di Into The Light, komunitas pemuda yang peduli dengan isu pencegahan bunuh diri, ia merasa gagal menyadari potensi temannya melakukan bunuh diri. Padahal, Bagus adalah orang terakhir yang berkomunikasi dengan korban.
Beban itu, ditambah tekanan pekerjaan di kantor, membuatnya makin terpuruk. “Ada satu titik saya sempat mikir oh kok capek hidup kayak gini,” tuturnya kepada kumparan.
Malam itu Bagus berpikir untuk mengikuti temannya mengakhiri hidup. “Satu titik itu tengah malam benar lagi drop banget. Itu udah benar-benar mau nyobain (bunuh diri) gitu,” katanya.
Konten Spesial Jangan Bunuh Diri. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Sebelum memutuskan bunuh diri, ia sempat mengirim pesan di grup percakapan Whatsapp Komunitas Into The Light. Bagus bertanya, adakah anggota komunitas yang bisa diajaknya berbincang untuk menumpahkan beban pikiran di pagi buta itu. Seorang anggota komunitas membaca pesan yang dikirim Bagus. Lalu telepon itu masuk di saat yang tepat.
ADVERTISEMENT
Si penelepon mengajak Bagus berbincang untuk mengalihkan pikirannya dari keinginan bunuh diri. “Dijelasin sama dia, itu kan masih ada tujuan kayak dia ngasih liat nih kamu masih punya tujuan hidup,” kenang Bagus. Perspektif itu membuat Bagus mengurungkan niatan bunuh diri.
Ilustrasi memberi dukungan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Seiring berjalannya waktu, dia perlahan mencoba kembali menemukan arti hidup. Meski, pada kenyataannya rasa sedih atas kepergian sang teman belum hilang hingga saat ini. Kasus Bagus adalah salah satu contoh bagaimana suatu pertistiwa bunuh diri berpengaruh kepada orang terdekat di sekitar korban.
Menurut pendiri Komunitas Into The Light, Benny Prawira, ada peluang bunuh diri menular secara sosial ke kerabat korban. Kasus semacam ini kerap kali luput dari perhatian.
“Semua bahasnya orang atau kasus, atau yang pernah mau nyoba bunuh diri, tapi jarang membahas apa yang mereka tinggalkan, luka apa sih yang mengganggu yang bikin trauma mereka, Yang bikin mereka (kerabat) enggak pulih dengan mudah” katanya.
Founder Komunitas Into The Light, Benny Prawira. Foto: Dok Pribadi/Benny Prawira
Kecenderungan orang terdekat korban bunuh diri punya kecondongan serupa, menurut Benny, jamak terjadi. Hal itu diperkuat data WHO tahun 2008, yang memperkirakan sepuluh kerabat atau teman sangat terpengaruh kematian korban bunuh diri. Dalam penelitian lain, Alexandra Pitman menemukan gejala peningkatan risiko pada kerabat korban bunuh diri dengan lebih gamblang.
ADVERTISEMENT
Ia melakukan survei ke 429 responden di Inggris yang ditinggal bunuh diri oleh orang terdekatnya. 22 persen responden menyatakan percaya mereka mungkin akan meninggal karena bunuh diri, 37 sisanya mengatakan tidak. Beberapa responden merasa apa yang dilakukan orang terdekatnya membuat persepsi soal bunuh diri menjadi kurang menakutkan.
Bunuh diri di Indonesia dalam angka Foto: Putri Arifira/kumparan
Tak hanya itu, Pitman juga mendapati fakta, di Inggris, satu dari sepuluh orang melapor telah mencoba bunuh diri setelah orang terdekatnya bunuh diri. Di Indonesia, Kejadian semacam itu pun tak cuma dialami Bagus. Reno—bukan nama sebenarnya—juga punya pengalaman sama. Tahun 2003 ayahnya meninggal karena bunuh diri. Peristiwa itu terjadi saat Reno justru dalam perjalanan ke luar kota mengurus pendaftaran kuliah.
“Pengalaman itu memang traumatis sekali. Apalagi hanya beberapa hari sebelumnya saya sempat bermimpi ayah meninggal. Saya sampai langsung menelepon beliau dan katanya biasa saja, baik-baik saja. Jadi ini terasa aneh dan traumatis dan absurd, sungguh tidak menduga,” jelas Reno.
ADVERTISEMENT
Dalam benak Reno, rasa sedih, kecewa, marah, sesal, semua campur aduk jadi satu. Bebannya ditambah lagi dengan stigma yang dilekatkan tetangga kepada keluarganya karena peristiwa bunuh diri sang ayah. Belum lagi, sebuah koran lokal sempat memuat kabar bunuh diri itu dengan narasi yang tidak benar. Semuanya berkelindan dan membuat Reno makin tertekan.
“Kadang-kadang terpikir atau tercetus di pikiran, kadang kalau sedang marah,kecewa, kesal, atau sedih juga saya bilang begitu dengan kakak kandung yang terdekat. Misal Lebih enak mati saja, bagaimana kalau seperti itu saja,” cerita Reno.
Ilustrasi memberi dukungan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Beruntung, dia tak pernah benar-benar melakukannya. Bayangan pada ibu dan keluarganya membuat Reno masih terus bertahan. Orang seperti Bagus dan Reno, menurut Ketua Komunitas Into The Light Benny Prawira, punya persoalan yang lebih kompleks ketimbang kasus bunuh diri biasa. Mereka perlu perhatian khusus. Masalahnya, kerap kali lingkungan di sekitar justru membuat duka itu semakin dalam.
ADVERTISEMENT
“Kadang orang enggak punya perasaan nanya meninggal bunuh dirinya karena apa? Kayak gitu itu enggak boleh. Karena enggak penting enggak relevan karena dia dalam kondisi berduka kan,” Benny berujar.
Founder Komunitas Into The Light, Benny Prawira. Foto: Dok Pribadi/Benny Prawira
Idealnya, lingkungan sekitar memberikan dukungan. Benny mengatakan, lingkaran terdekat korban bunuh diri harus dibantu bangkit dari duka. Ia berharap suicide postvention bagi kerabat yang ditinggalkan bisa berjalan. Hal itu yang kini tengah diarustamakan oleh Komunitas Into The Light.
“Proses pemulihan orang yang ditinggalkan karena bunuh diri itu lebih kompleks daripada orang yang kehilangan karena sebab lain,” kata Benny.
Mitos dan Fakta Bunuh Diri Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Mitos dan Fakta Bunuh Diri Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Simak uraian kumparan selengkapnya dalam topik Jangan Bunuh Diri.
-----------------------------------------------------
Anda bisa mencari bantuan jika mengetahui ada sahabat atau kerabat, termasuk diri anda sendiri, yang memiliki kecenderungan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Informasi terkait depresi dan isu kesehatan mental bisa diperoleh dengan menghubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit terdekat, atau mengontak sejumlah komunitas untuk mendapat pendampingan seperti LSM Jangan Bunuh Diri via email [email protected] dan saluran telepon (021) 9696 9293 serta Yayasan Pulih di (021) 78842580.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten