Moeldoko Respons Saksi 02 soal Kecurangan Bagian Demokrasi: Dipelintir

20 Juni 2019 17:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Staf Kepresidenan Jend (Purn) Moeldoko. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Staf Kepresidenan Jend (Purn) Moeldoko. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Moeldoko, mengklarifikasi pernyataan saksi BPN, Hairul Anas, dalam sidang gugatan pilpres di MK. Hairul yang juga caleg PBB tersebut menyebut Moeldoko sempat membuat pernyataan "kecurangan adalah bagian dari demokrasi" di pembekalan caleg dan saksi TKN beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut Moeldoko, apa yang disampaikan Hairul terkesan dipelintir. Sebab, saat pembekalan, Moeldoko merasa tak berkata seperti demikian.
"Tidak ada saya mengajarkan mereka untuk berlaku curang, 'dalam sebuah demokrasi kecurangan adalah hal yang wajar', itu sebuah pelintiran yang ngawur," kata Moeldoko di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/6).
Kepala Staf Presiden itu mengaku menjelaskan para peserta untuk mewaspadai kecurangan. Untuk itu, kata Moeldoko, ia menginstruksikan para caleg yang juga diberi mandat menjadi saksi untuk berjaga-jaga.
"Begini ceritanya, saya katakan, 'dalam sebuah demokrasi yang mengedepankan kebebasan, itu apa saja bisa terjadi, termasuk juga kecurangan, bisa terjadi'. Untuk itu kalian para saksi harus bekerja sungguh- sungguh," jelasnya.
"Berikutnya kalian harus militan, jangan banyak meninggalkan tempat, bahkan yang pakai kacamata saya tegaskan, 'kalian yang menggunakan kaca mata maju ke depan agar sungguh-sungguh memahami apa yang dikerjakan oleh para penghitung suara itu," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Moeldoko menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengajarkan untuk berbuat curang. Dia meminta saksi BPN untuk tidak membolak-balikkan pernyataannya tersebut.
"Saya tidak pernah mengajarkan untuk berbuat curang. Enggak, enggak ada. Yang saya tekankan adalah bagaimana harus waspada, harus mencermati situasi, siapa tau nanti terjadi kecurangan," jelasnya.
"Itulah, konteksnya seperti itu, jadi jangan salah, jangan dibalik-balik," tegas mantan Panglima TNI ini.