Monyet Ekor Panjang Turun Gunung, Warga Merapi Mulai 'Kunci Pintu'

24 Mei 2018 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kaliadem radius 5km dari Puncak Merapi (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kaliadem radius 5km dari Puncak Merapi (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejumlah monyet ekor panjang mulai turun dari Gunung Merapi. Warga yang sudah mengetahui keberadaan monyet ekor panjang ini langsung melakukan sejumlah antisipasi.
ADVERTISEMENT
Monyet ekor panjang biasanya mencuri makanan atau barang-barang milik warga. Untuk itu, sejumlah warga langsung mengunci rumah atau warung miliknya.
"Antisipasi monyet turun, (warung) dikunci, sudah diamankan para pedagang," jelas Kepala Resort Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Pakem-Turi, Teguh Wardaya, Kamis (24/5).
Terkait informasi turunnya monyet ekor panjang, Teguh mengaku belum mengetahuinya secara pasti. Akan tetapi di kawasan Tlogo Putri hal tersebut memang biasa terjadi.
Monyet ekor panjang di Balai Taman Nasional. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Monyet ekor panjang di Balai Taman Nasional. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Sebelumnya, beberapa monyet ekor panjang turun dari habitatnya di Gunung Merapi. Penampakan monyet ekor panjang tersebut juga terlihat di Kantor Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di Jalan Kaliurang Km 22, Hargobinangun, Pakem, Sleman yang berjarak 8 km dari Gunung Merapi, Kamis (24/5).
Monyet ekor panjang tersebut masuk di halaman belakang kantor dan memakan sejumlah buah pepaya serta bunga turi.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai TNGM Ammy Nurwati saat dijumpai di kantornya menjelaskan, turunnya monyet-monyet tersebut dimungkinkan karena lapar atau mulai tidak nyaman dengan erupsi Merapi. Ammy pun menjelaskan, tidak biasanya monyet tersebut turun hingga 8 km.
"Mungkin sudah mulai tidak nyaman atau lapar dan mencari makan. Tadi juga ada tiga monyet jantan muda di belakang kantor," kata dia.
Ammy mengimbau kepada masyarakat agar bijak menghadapi fenomena tersebut, terlebih sampai menyiksa satwa.
"Intinya biarkan jangan dimatikan (dibunuh). Kita butuh ruang, mereka (juga) butuh ruang," pungkasnya.