Mr. Nanang, Kahlil Gibran, dan Impian tentang Dunia Sastra

8 Mei 2018 14:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
“Puisi adalah seni, dia adalah gabungan keindahan dan kebenaran,” begitulah kata Nanang Sukandar, seorang penjual es cincau di Bogor yang mahir empat bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela berjualan es cincau, Nanang menunjukkan lembaran-lembaran putih berisi goresan puisi. Sejak dua pekan terakhir, Nanang gemar menulis puisi. Bila ditotal, jumlah puisi yang telah ditulis Nanang mencapai 40 buah.
“Sebenarnya paling suka di bidang puisi, sastra. Makanya ke depan, Pak Nanang akan nulis buku tentang prosa dan puisi, mungkin Pak Nanang terinspirasi oleh Kahlil Gibran,” kata Nanang kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (4/5) saat ditanya mana yang paling dia sukai antara bahasa asing atau ilmu-ilmu eksakta.
Mr Nanang, penjual cincau mahir 4 bahasa asing. (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
Dalam pertemuannya dengan kumparan itu, Nanang pun menunjukkan buku karya Kahlil Gibran. Sosok penyair kelahiran Libanon itu menjadi kiblat Nanang dalam berpuisi.
“Yang Pak Nanang suka adalah dari segi-segi pesannya, yang humanis, indah, dan luhur ya. Ada pesan-pesan moral yang universal dari Kahlil Gibran. Kata-katanya indah sekali,” sebut Nanang dengan penuh semangat.
ADVERTISEMENT
“Bangsaku berlalu, tapi aku tetap ada. Kematian adalah sahabatku. Dalam kematiannya aku bukanlah apa-apa. Merupakan malapetaka besar,” ungkap Nanang sembari memeragakan beberapa gaya.
Mr Nanang, penjual cincau mahir 4 bahasa asing. (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
Nanang pun sedikit banyak terpengaruh dengan gaya hidup Kahlil Gibran, terutama soal kebebasan. Keinginan untuk terus bebas itulah yang membuat Nanang terlambat menikah. Dia menikah pada usia 40-an. Saat ini putri perempuannya baru berusia 12 dan 5 tahun.
Lantas mengapa Nanang tiba-tiba senang menulis puisi? Menurut dia, bekalnya untuk bisa menulis puisi saat ini sudahlah cukup.
“Justru itulah mungkin momennya harus sekarang ini. Saya sudah banyak baca buku. Ya inilah saatnya untuk mulai menulis,” ujar Nanang.
Mr Nanang, penjual cincau mahir 4 bahasa asing. (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
Di tengah niat besarnya menulis prosa dan puisi, Nanang tetap bersemangat menjalani hari-harinya dengan berjualan es cincau dan mengajar di SMK dan SMP. Bahkan, Nanang kini juga berniat membuka Kampung Amerika di Bogor. Kegemarannya akan bahasa asing membuat dia tergerak untuk membumikan bahasa itu di masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Anggap saja ini semua seni biar tidak bosan. Ya seni komunikasi. Kalau seni kan menikmati enggak ada beban,” tutupnya sembari mengembangkan senyum.