Muhammad Idris, Anak Petani dari Sumbar Jadi Lulusan Terbaik Akpol

5 Juli 2019 18:09 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Idris (kedua kiri) dan ayahnya didampingi Kapolres Solok Selatan AKBP Iman Yulisdiyanto dan Wakapolda Sumbar Brigjen Damisnur usai wisuda di Akpol Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Idris (kedua kiri) dan ayahnya didampingi Kapolres Solok Selatan AKBP Iman Yulisdiyanto dan Wakapolda Sumbar Brigjen Damisnur usai wisuda di Akpol Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Muhammad Idris mungkin tak akan melupakan momentum wisuda yang mendekati ulang tahunnya yang ke 23 tahun ini. Idris berhasil meraih predikat lulusan terbaik di antara 306 Taruna Akpol yang menjalani Wisuda Terapan Kepolisian tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Dia mendapatkan perhatian khusus dari pimpinan tertinggi institusinya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Putra pasangan Dasrial dan almarhumah Elfamairi yang memiliki IPK 3,54 itu memperoleh dua penghargaan sekaligus, yakni Adi Makayasa dan Ati Tanggon.
Di balik cemerlang dan penghargaan yang diperoleh, Idris rupanya adalah anak seorang petani. Orang tuanya sehari-hari bekerja sebagai penggarap sawah di Solok Selatan, Sumatera Barat.
Idris bahkan tak menyangka sang ayah dan kakaknya dapat hadir ke Semarang, karena kendala biaya. Namun ternyata, Kapolda dan Kapolres kampung halamannya memberikan perhatian dengan mengajak ayah dan kakak Idris terbang ke Semarang menghadiri wisuda.
"Terimakasih Bapak Kapolda Sumatera Barat, Bapak Wakapolda, dan Bapak Kapolres Solok Selatan. Terimakasih sudah membawa kakak dan ayah saya ke sini. Saya tahunya, beliau tidak bisa datang karena ke sawah dan kendala biaya," ungkap Idris sembari menahan tangisnya saat ditemui usai wisuda di Gedung Cendikia, Kompleks Akpol Semarang, Jumat (5/7).
ADVERTISEMENT
Idris mengungkapkan menjadi anggota Polri memang merupakan impian masa kecilnya. Menurut Idris, polisi memiliki tugas yang mulia.
Sejak kecil pula, Idris tak pernah membiarkan dirinya bersantai. Ia berjuang keras untuk bisa mewujudkan impiannya. Terlebih, dia sadar berasal latar belakang keluarga tak mampu.
"Saya bersyukur anugerah yang diberikan, bagi saya ini kado terindah. Untuk adik-adik yang akan daftar polisi, ingatlah, bayar membayar tidak ada. Kalau ada bayar membayar, (saya) suruh bayar dengan apa?" tegas pemuda kelahiran 8 Juli 1996 itu.
Muhammad Idris (kedua kiri) dan ayahnya didampingi Kapolres Solok Selatan AKBP Iman Yulisdiyanto dan Wakapolda Sumbar Brigjen Damisnur usai wisuda di Akpol Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Sementara itu, ayah Idris bernama Dasrial yang mendampingi putranya tak banyak berkata. Dasrial rampak tak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang terpancar dari binar matanya.
Berpeci, berkacamata dan mengenakan jas warna hitam, Dasrial tak berhenti menebarkan senyuman. Sesekali menunduk saat melihat putranya berbicara.
ADVERTISEMENT
Dasrial menceritakan putra keduanya itu sejak kecil sudah pandai. Ia menyebut putranya itu selalu juara kelas. Hal yang ditanamkan olehnya kepada Idris adalah kedisiplinan dan kemandirian.
"Di sekolah dia dapat juara satu terus. Harapannya ya semoga dia jadi anak yang sukses," kata Dasrial.
Saat prosesi wisuda, Kapolri Jenderal Tito secara pribadi dalam sambutannya memberi hormat dan mengungkapkan salutnya kepada Idris.
"Saya salut karena (ada lulusan) dari keluarga petani dan (ibu) sudah almarhum ya. Saya juga bukan dari keluarga berada," kata Tito.
Tito kemudian menceritakan kisah hidupnya yang berusaha menuntut ilmu hingga memperoleh gelar Phd. Atas pengalaman dirinya itu, Tito meminta para Taruna Akpol tidak berhenti untuk menimba ilmu.
"Adik-adik jangan berhenti sampai sarjana terapan saja, gali ilmu selagi mampu," kata Tito.
ADVERTISEMENT