MUI: Tak Usah Pakai Cebong dan Kampret, Itu Tidak Terpuji

25 Maret 2019 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi di Kantor Wapres. Foto: Nadia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi di Kantor Wapres. Foto: Nadia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah 'cebong' dan 'kampret' sering diucapkan oleh pendukung kedua capres-cawapres untuk dalam menyebut lawannya. Namun, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai penyebutan kedua istilah tersebut sebaiknya dihentikan.
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, Muhyiddin Junaidi, mengatakan penyebutan istilah 'cebong' dan 'kampret' untuk pendukung kedua calon merupakan tindakan yang tidak terpuji.
"Saya melihat istilah-istilah yang tidak baik itu tidak perlu dipertahankan atau diteruskan, karena itu menyalahi akhlakul karimah. Kalau kita tidak senang pada pihak tertentu, ya sudah, enggak usah kita kasih predikat cebong, kampret, dan lain sebagainya. Itu tidak terpuji," kata Muhyiddin di Kantor Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Senin (25/3).
Capres 01 Jokowi hadiri kampanye terbuka di Jember, Jawa Timur. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
Muhyiddin juga menegaskan, masyarakat tidak boleh golput pada hari pencoblosan pada 17 April yang akan datang. Menurutnya, agama mana pun tidak memperbolehkan umatnya untuk golput.
"Golput dalam agama tidak boleh, karena bagaimana pun negara ini harus punya pemimpin. Kalau kita tidak menggunakan hak pilih kita, kalau terjadi chaos, kesalahan Anda," tegasnya.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada yang ideal di dunia ini. Sampai negara maju, the most super power country (seperti) United States, and Russia, and China, enggak ada yang 100 persen. Jadi kita harus siap," tuturnya lagi.
Capres no urut 02, Prabowo Subianto (tengah) tiba di acara Aliansi Pengusaha Indonesia di Djakarta Theater, Kamis, (21/3). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan