Mungkinkah Manusia Bisa 'Berkomunikasi' dengan Hewan?

26 April 2019 6:31 WIB
Prabowo Subianto memegang seekor sapi. Foto: Instagram/@prabowo
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto memegang seekor sapi. Foto: Instagram/@prabowo
ADVERTISEMENT
Bobby The Cat, kucing kesayangan Prabowo Subianto, kini semakin populer. Dalam setiap momen, Bobby turut eksis mendampingi calon presiden 02 itu. Kedekatan Prabowo dengan Bobby juga kerap diunggah di media sosial.
ADVERTISEMENT
Tak hanya kucing, beberapa waktu lalu, sekretaris pribadi Prabowo, Rizky Irmansyah, menceritakan bagaimana mantan Danjen Kopassus itu begitu mencintai hewan.
Prabowo membaca teks sambil ditemani Bobby The Cat. Foto: Instagram/@prabowo
Bahkan, Rizky menyebut Prabowo bisa 'berkomunikasi' dengan hewan-hewan di sekitarnya; semut, nyamuk, kuda, sapi hingga ular. Cerita itu dikutip dari unggahan di akun instagram Rizky.
(kumparan sudah mengonfirmasi akun instagram Rizky ke Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade. Lewat Andre, kumparan meminta izin mengutipnya).
"Dulu, bahkan katanya ada ular pernah masuk ke rumah Pak Prabowo di Hambalang. Tapi oleh Pak Prabowo dilarang dibunuh," tutur Andre kepada kumparan, Kamis (25/4).
Saat itu, Prabowo mengambil ular tersebut dan membawanya ke luar rumah. Ia juga meminta ular itu untuk pergi.
Prabowo Subianto memberi makan kucing Foto: Instagram @prabowomenyapa
"Dan sampai sekarang enggak ada lagi kejadiannya (ular masuk ke dalam rumah). Jadi yang jelas, Pak Prabowo itu memang dekat dan memang penyayang binatang," tutur Andre.
ADVERTISEMENT
Berita lengkapnya:
Mengapa banyak manusia senang berkomunikasi dengan hewan?
Dikutip dari Quartz, aktivitas orang-orang yang senang berkomunikasi dengan hewan dinamakan antropomorfisme/antropomorfisasi.
"Secara historis, antropomorfisasi telah diperlakukan sebagai tanda kekanak-kanakan atau kebodohan, tetapi sebenarnya, itu merupakan sifat alami dari kecenderungan yang membuat manusia sebagai makhluk yang cerdas di planet ini," kata Nicholas Epley, seorang profesor ilmu perilaku di University of Chicago.
Menurutnya, antropomorfisme adalah sisi lain manusia yang memiliki kognisi sosial aktif dan cerdas —memiliki otak yang diprogram untuk melihat dan memahami pikiran.
Setidaknya, ada tiga alasan mendasar mengapa manusia dapat melakukan antropomorfisasi: Subjek non-manusia yang terlihat memiliki wajah; manusia ingin berteman dengan non-manusia; atau penasaran dengan perilaku subjek non-manusia yang tidak terduga.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, manusia juga biasanya cenderung melakukan antropomorfisasi terhadap hal-hal yang mereka sukai, bukan hal-hal yang dibenci. Sejumlah psikolog setuju bahwa semakin manusia menyukai seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terlibat dengan pikiran mereka. Kecenderungan ini meluas juga ke non-manusia.
Anjing Padang Rumput Foto: Pixabay
Mungkinkah manusia benar-benar bisa berkomunikasi dengan hewan?
Dilansir techtimes, para peneliti saat ini sedang menggarap perangkat 'kecerdasan buatan' untuk menerjemahkan bahasa hewan peliharaan di masa depan. Pakar perilaku hewan Con Slobodchikoff dari Northern Arizona University memprediksi kemungkinan hewan peliharaan dan pemiliknya bisa saling 'berkomunikasi' menggunakan alat penerjemah dalam waktu kurang dari sepuluh tahun.
Namun, jangan dikira berkomunikasi yang dimaksud adalah betul-betul bisa berbicara bahasa hewan ataupun sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Sebagai sampel, Slobodchikoff telah mempelajari rekaman anjing padang rumput (sejenis marmut, hewan pengerat di Amerika Utara) selama 30 tahun. Dia dan sejumlah peneliti mempelajari gerak-gerik hewan itu dalam berbagai perilaku, seperti geraman, gonggongan atau lolongan menggunakan alat khusus yang bisa mendeteksi bagaimana hewan-hewan itu berkomunikasi.
Big Bird (burung besar) Galapagos Foto: Wikimedia
Bekerja dengan seorang ilmuwan komputer, Slobodchikoff mencoba mengembangkan algoritma yang mengubah vokalisasi anjing padang rumput ke dalam bahasa Inggris.
Hasilnya, Slobodchikoff menemukan bahwa hewan tersebut dapat berkomunikasi dengan bahasa canggih melalui decitan. Mereka lalu akan mengeluarkan suara berbeda jika sedang stres atau ada predator di sekitarnya.
Mengubah suara decitan ke bahasa yang dipahami manusia
Pada 2017, Slobodchikoff mendirikan perusahaan Zoolingua untuk mengembangkan alat serupa dalam memahami vokalisasi anjing padang rumput. Nantinya, suara hewan itu akan dijadikan sampel dan diterjemahkan ke bahasa manusia agar bisa berkomunikasi dengan hewan peliharan. Bukan dengan berbincang-bincang, melainkan memahami lewat ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh hewan peliharaan.
ADVERTISEMENT
Slobodchikoff berharap bantuan mesin komputer dapat membantu manusia memahami isyarat tertentu dari hewan peliharaan seperti kibasan ekor atau geraman.
Ilustrasi ikan arwana. Foto: Shutter Stock
"Jika kita bisa melakukan ini pada anjing padang rumput, kita tentu bisa melakukannya dengan anjing dan kucing," ujar Slobodchikoff.
Dengan sampel anjing padang rumput tersebut, Slobodchikoff juga mempelajari video anjing yang menunjukkan gonggongan dan gerakan tubuh berbeda. Meski masih tahap awal, dia meyakini penelitian tersebut akan sempurna.
Hewan apa saja yang memahami bahasa manusia? Berikut kumparan rangkum tiga di antaranya:
Kuda
Ilustrasi kuda. Foto: Pixabay
Sebuah studi di Norwegia yang dipublikasikan di dalam jurnal Applied Animal Behaviour Science membuktikan bahwa kuda dapat memberitahu pawangnya mengenai suhu tubuh mereka. Para peneliti dari Norwegia melatih kuda menggunakan sebuah papan untuk memberi tahu apakah mereka sedang kepanasan atau kedinginan.
ADVERTISEMENT
Anjing
Ilustrasi anjing poodle. Foto: Alexas_Fotos via Pixabay
Pada tahun 2012, sebuah studi psikolog anak dari Central European University di Hungaria menemukan fakta bahwa kemampuan berkomunikasi anak bayi sama dengan kemampuan seekor anjing. Ditunjang sejumlah teknologi, peneliti menemukan fakta seekor anjing memiliki kemampuan berkomunikasi yang sama dengan anak berusia 6 bulan.
Kucing
Ilustrasi kucing. Foto: congerdesign via PIxabay
Sejumlah ahli sepakat kucing mengenali nama mereka sendiri. Dilansir Mirror, dalam sebuah penelitian di Sophia University, Jepang, kucing menunjukkan respons dengan menggerakkan kepala atau telinga ketika nama dipanggil.
"Kucing memahami isyarat manusia," kata si penulis, Dr. Atsuko Saito.
Namun, hasil penelitian ini mendapat kritik dari sejumlah ahli lainnya. Mengutip Guardian, Dr. John Bradshaw, seorang ahli tentang perilaku anjing dan kucing di Universitas Bristol, menganggap kucing hanya mampu mempelajari suara yang dia dengar karena terbiasa. Misalnya, pemilik sengaja membunyikan piring makanan atau kaleng agar didengar.
ADVERTISEMENT
"Ini tentu tak menunjukkan kucing bisa memahami bahasa manusia," tuturnya.
Jadi, apakah kamu sering berkomunikasi dengan hewan peliharaanmu?