Nasib 5 Korban Prostitusi di Bali, Niat Cari Uang Malah Dijerat Utang

11 Januari 2019 19:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemerkosaan (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemerkosaan (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Nasib malang menimpa lima orang anak yang menjadi korban prostitusi di mes Jalan Sekar Waru 3B Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (4/1) lalu. Niat ingin mencari uang di Bali untuk memenuhi kebutuhan hidup, malah buntung dijerat utang oleh mucikari yang menjajakan mereka. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Anak dan Perempuan (P2TPA) Kota Denpasar, Luh Putu Anggraeni.
ADVERTISEMENT
Anggraeni saat dihubungi kumparan, Jumat (11/1) mengatakan, lima korban itu rinciannya adalah empat berasal dari Kabupaten Bekasi dan satu dari DKI Jakarta. Lima korban berasal dari keluarga miskin dan juga berpendidikan rendah. Ada yang ibunya bekerja sebagai penyanyi dangdut tunggal, ada yang bapaknya bekerja sebagai pengiring musik dangdut tunggal.
Selain itu ada juga yang orang tuanya bekerja sebagai buruh di pabrik. Lima anak ini pun memutuskan ingin bermimpi bekerja setelah lulus SD dan SMP. Mimpi itu terwujud meski hanya menjadi pemandu karaoke atau pelayan di sebuah kafe di Jawa.
Namun saat mendapat tawaran bekerja di Bali dengan iming-iming gaji Rp 5 hingga Rp 10 juta, kelima korban ini pun tergiur. Sayangnya, satu di antara korban, sempat ketinggalan pesawat saat akan ke Bali. Korban itu pun, kembali dibelikan tiket dengan syarat potong gaji.
ADVERTISEMENT
Setiba di Bali, kata Anggraeni, lima korban itu diberikan uang mempercantik diri, muncikari juga memberi fasilitas inap, makan dan sebagainya, yang dibayar dengan potong gaji.
"Mereka ada yang sudah dua bulan di sana. Ada yang seminggu, dan tiga hari. Ada yang punya utang tiket. Ada yang kerja selama sebulan harus dapat Rp 3 juta cuma dapat Rp 150 ribu karena dipotong tiket, kasbon, makan dan lain-lain. Sistem ini jelas hanya menguntungkan muncikarinya," ketus Anggraeni.
Ilustrasi prostitusi online (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi prostitusi online (Foto: Shutterstock)
Selama di Bali, lima korban ini sangat terkejut karena harus melayani para pedofil. Bahkan, selama dua bulan ada yang melayani 93 lelaki. Sebenarnya, lima anak ini cukup paham dengan pekerjaan yang ditawarkan agen. Namun, mereka tak menyangka harus bekerja melayani pria-pria bejat itu sepanjang hari.
ADVERTISEMENT
Syukur karena kecerdasaan satu korban, lima korban ini berhasil diselamatkan. Kini, kelimanya ditempatkan di rumah aman. Seluruh pemeriksaan terhadap tubuh korban telah dilakukan. Mereka tengah diberi pelatihan dan trauma healing.
Mirisnya, orang tua korban tidak mengetahui peristiwa nahas ini karena mereka mengaku bekerja di restoran di Bali. Sehingga kelima anak ini pun sangat ketakutan pekerjaan mereka yang sebenarnya di Bali diketahui oleh orang tua.
"Bagaimana nanti saya akan menjelaskan kepada orang tua saya, " kata Anggraeni menirukan ucapan salah satu korban.
P2TPA, kata Anggraeni, mencoba menangkan korban dan membujuk agar kelak setiba di rumah orang tua mereka masing-masing agar berkata jujur. Kejujuran ini sangat diperlukan untuk kesehatan mental para korban.
ADVERTISEMENT
Anggraeni menyebut, para korban akan segera diizinkan pulang setelah polisi usai melakukan pemeriksaan. Ke depan, Anggraeni berharap lima korban siap hadir di persidangan untuk membuktikan pelanggaran hukum muncikari.