Nestapa Orang Tua di Bali yang Lahirkan Anak Kondisi Kembar Parasit

25 September 2019 20:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi kembar parasit di RSUP Sanglah, Bali. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bayi kembar parasit di RSUP Sanglah, Bali. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Tubuh Made Mujana (36) lunglai di depan ruangan NICU RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Rabu (25/9). Bibirnya hampir tertutup rapat. Dia awalnya tak kuasa menceritakan kesedihan soal anak ketiganya yang terlahir dengan kondisi kembar parasit, yaitu memiliki empat kaki dan empat tangan.
ADVERTISEMENT
Mujana tak menyangka anak ketiganya terlahir tak sempurna. Padahal, dua anaknya sebelumnya yang kini telah remaja lahir normal dan tumbuh sehat.
“Terkejut karena kondisi anak saya begitu. Saya melihat dia sakit,” kata Mujana dengan suara hampir berbisik dan mata yang nanar.
Lelaki yang bekerja sebagai buruh tani itu bahkan menyesal. Penyesalan karena dia sama sekali tidak tahu istrinya yang bernama Kadek Gorsi (35) mengandung anak ketiga.
Mujana dan Gorsi baru tahu mereka dikaruniai anak ketiga setelah usia kehamilan sudah memasuki 7,5 bulan. Dalam dunia medis, istilah itu dikenal dengan kehamilan kriptik atau cryptic pregnancy.
Penyebabnya adalah karena kadar hormon kehamilan hCG (human chorionic gonadotropin) yang rendah dalam darah. hCG adalah hormon yang diproduksi plasenta untuk mempertahankan kehamilan dan mendukung perkembangan janin.
Tubuh Made Mujana di RSUP Sanglah. Foto: Denita br Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut Mujana, istrinya sama sekali tidak memiliki tanda-tanda kehamilan. Saban hari, Gorsi yang juga bekerja sebagai buruh tani sibuk pergi ke ladang sejak pukul 08.00 WITA hingga pukul 16.00 WITA. Sepulang dari ladang, Gorsi mengurus dua anak remajanya, yaitu Yani (19) dan Febri (12).
Karena tidak mengetahui kehamilan itu, Mujana dan Gorsi menjalani gaya hidup seperti biasa. Asupan makanan dan juga minuman tak diperhatikan dengan baik. Pasutri itu bahkan baru tahu mereka akan punya anak lagi saat kandungan berusia 7,5 bulan.
“Ibu (Gorsi) syok dan menangis, anak-anak saya menangis,” kata Mujana saat melihat pertama kali sang bayi lahir tak sempurna.
Di tempat yang sama, kakak ipar Mujana, Made Darmika (50), berkali-kali merasa bersalah dengan keadaan bayi ini. Dia menganggap, keluarganya lalai dalam menangani bayi itu.
ADVERTISEMENT
Bahkan, karena tak punya biaya, proses rujukan rumah sakit sempat ditolak. Syukur, ada sejumlah warga dan pemerintah setempat yang membantu.
“Kami manusia biasa. Kami tidak luput dari kesalahan. Kami terima kasih pada pihak yang sudah kasih sumbangan bersama doanya malah. Kami bisa membawa anak kami ke sini. Mudah-mudahan ke depan ada keajaiban dari Tuhan sehingga anak kami sehat. Seperti biasanya,” harapnya.