Netanyahu Menangi Lagi Pemilu Israel, Mimpi Damai Palestina Kian Suram

11 April 2019 9:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan istrinya, Sara saat bertemu para pendukung di Tel Aviv, Israel. Foto: REUTERS/Ronen Zvulun
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan istrinya, Sara saat bertemu para pendukung di Tel Aviv, Israel. Foto: REUTERS/Ronen Zvulun
ADVERTISEMENT
Benjamin Netanyahu hampir resmi memenangi lagi pemilu Israel dengan keunggulan dalam perolehan suara dan dukungan di parlemen. Netanyahu yang akan kembali jadi Perdana Menteri Israel untuk periode kelima akan semakin menjadikan mimpi Palestina yang damai kian suram.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, pada Rabu (10/4), Netanyahu telah merayakan kemenangannya di markas Partai Likud di Tel Aviv. Dari 99 persen suara yang telah dihitung, Likud diperkirakan mendapatkan 65 dari 120 kursi di parlemen Knesset.
Dengan perolehan kursi mayoritas, Netanyahu akan memimpin koalisi pemerintahan dan menjadi perdana menteri lagi. Pria 69 tahun ini akan jadi PM Israel terlama, melampaui David Ben-Gurion, pendiri Israel.
Kemenangan Netanyahu juga telah diakui oleh rivalnya dari partai Biru dan Merah. Yair Lapid, orang kedua di partai itu setelah Benny Gantz, mengatakan: "Kami memang tidak memenangi ronde ini. Tapi kami akan membuat Likud seperti neraka dari kursi oposisi."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan istrinya, Sara menyapa para pendukung di Tel Aviv, Israel. Foto: REUTERS/Ronen Zvulun
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan ucapan selamatnya atas terpilihnya Netanyahu. Menurut Trump, Netanyahu akan bekerja dengan baik dalam mewujudkan perdamaian dengan Palestina.
ADVERTISEMENT
"Semua orang bilang tidak akan ada perdamaian di Timur Tengah antara Israel dan Palestina. Saya kira kita punya kesempatan dan sekarang adalah kesempatan yang baik," kata Trump.
Namun pernyataan Trump ini diragukan. Pasalnya di bawah kepemimpinan Netanyahu, perundingan damai yang digagas AS gagal pada 2014. Ketika itu, Netanyahu menghapuskan moratorium pembangunan permukiman Yahudi yang membuat Palestina murka.
AS di bawah kepemimpinan Trump juga dianggap tidak tulus melanjutkan perundingan damai Israel-Palestina. Pertama, karena Trump memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem -kota yang diklaim Palestina sebagai ibu kota-, dan kedua karena perundingan damai dirancang oleh menantu Trump, Jared Kushner, seorang Yahudi Ortodoks yang keluarganya dekat dengan Netanyahu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disambut oleh para pendukung di Tel Aviv, Israel. Foto: REUTERS/Ronen Zvulun
Selain itu, dalam kampanye Netanyahu juga berjanji bahwa akan menganeksasi alias mencaplok lebih banyak lagi wilayah Tepi Barat untuk dibangun permukiman Yahudi. Janji kampanye Netanyahu ini disinyalir untuk menarik dukungan dari kelompok sayap kanan ekstrem.
ADVERTISEMENT
Jika Netanyahu mewujudkan janjinya ini, maka hubungan Palestina dan Israel akan semakin memanas dengan ketegangan-ketegangan bersenjata. Dengan dukungan dari Trump, Netanyahu semakin bernyali menindas Israel kendati mendapatkan penentangan dari seluruh dunia.
"Israel telah memilih untuk mempertahankan status quo. Mereka telah mengatakan 'tidak' kepada perdamaian dan 'ya' untuk penjajahan," kata juru runding damai Palestina, Saeb Erekat.