Ngabalin: Mardani, Dhani, dan Neno Warisman Orang Berperadaban Rendah

28 Agustus 2018 10:43 WIB
Ali Mochtar Ngabalin (Foto: Paulina Pheras/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ali Mochtar Ngabalin (Foto: Paulina Pheras/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin menyerang para pentolan gerakan #2019GantiPresiden, Mardani Ali Sera, Ahmad Dhani dan Neno Warisman. Ia menyebut ketiganya orang berperadaban rendah.
ADVERTISEMENT
"Jadi orang-orang yang tidak punya pengetahuan, kelas-kelas seperti Neno Warisman, kelas seperti Ahmad Dhani, sekarang kita lihat, mana PKS-PKS itu? Kalau #2019gantipresiden itu kan dimulai dari kalau masyarakat biasa kita tidak banyak cerita. Tapi ini kan datang dari partai-partai politik pendukung calon presiden, Mardani Ali Sera," kata Ali Mochtar Ngabalin, Selasa (28/8).
"Padahal dia DPR, dia punya partai. Sekarang mana? Mana makhluk-makhluk itu semua? Setelah mereka lepaskan bom untuk siap diledakkan, ditinggalkan di tengah-tengah masyarakat gitu. Itulah yang saya sebut dengan manusia-manusia peradaban rendah, tidak punya moral," lanjut dia.
Bahkan Ngabalin mengungkapkan mereka adalah orang yang tidak punya tanggung jawab dalam berdemokrasi. Seharusnya, lanjut dia, lebih mengedukasi publik.
"Coba Anda pakai pemikiran yang normal terhadap pandangan saya ini. Nah dari situlah saya berkali-kali bilang, bung kalau orang menggunakan #2019gantipresiden, itu artinya pada pukul 00.00 Januari 2019 ganti presiden dengan cara apapun akan dilakukan," ucap Ngabalin.
ADVERTISEMENT
Ngabalin lalu menegaskan gerakan ini adalah makar. Apalagi pemerintahan saat ini sah secara de facto dan de jure.
Neno Warisman ,Ahmad Dhani, Aardani Ali Sera (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Neno Warisman ,Ahmad Dhani, Aardani Ali Sera (Foto: kumparan)
"Artinya apa itu? Artinya Anda melakukan makar terhadap sebuah pemerintahan yang sah secara de facto dan de jure. Sederhanakan penjelasannya? Gitu," tuturnya.
Gerakan #2019GantiPresiden semakin gencar dilakukan di sejumlah daerah. Namun di setiap deklarasi gerakan tersebut selalu ada penolakan, terakhir aksi di Pekanbaru, Pontianak dan Surabaya.