Ngabalin Minta PA 212 Berhentikan Amien Rais dari Ketua Dewan Pembina

30 Mei 2018 21:22 WIB
Ali Mochtar Ngabalin di Mabes Polri (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ali Mochtar Ngabalin di Mabes Polri (Foto: Aria Pradana/kumparan)
ADVERTISEMENT
Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin menegaskan dirinya mendukung adanya Persaudaraan Alumni 212. Apalagi PA 212 merupakan organisasi yang membawa kepentingan orang banyak.
ADVERTISEMENT
Namun, ia menolak jika PA 212 digunakan untuk kepentingan politik seperti yang dilakukan Ketua Dewan Penasihat 212 Amien Rais. Ngabalin bahkan meminta PA 212 memberhentikan Amien Rais.
"Tapi kalau jadi organisasi, jadi kepentingan orang banyak. Sejak awal saya dukung persaudaraan 212, tapi kalau begini caranya, biar umat Islam dan rakyat yg menilai. Jangan pakai kepentingan politik praktis seperti Persaudaraan 212," kata Ngabalin di Kantor Staf Presiden, Jalan Veteran III, Jakarta, Rabu (30/5).
"Saya mengimbau, saya menyarankan, saya menasihati diriku dan semua yang merasa memiliki organisasi Persaudaraan 212 segera mengajukan nota protes, kepada Ketua Dewan Pembina Persaudaraan 212 untuk segera diberhentikan dan jangan merusak organisasi itu," lanjut dia.
Apalagi kemarin Amien Rais dalam pidatonya di Rakornas PA 212 menyebut sudah melihat tanda-tanda lengsernya Presiden Joko Widodo. Pidato itu, lanjut dia, sarat dengan kepentingan politik.
ADVERTISEMENT
Dalam pidato tersebut, Amien Rais menegaskan Jokowi harus santai dalam menghadapi Pilpres 2019.
"Sekarang ini, mau dua periode, tapi nanti Allah yang memutuskan. Santai sajalah. Pak Jokowi juga saya anjurkan tenang-tenang saja. Kekuasaan tidak ada yang abadi, di dunia ini tidak ada yang abadi," ucap Amien usai Rakornas PA 212, di Depok, Jawa Barat, Selasa (29/5).
Amien Rais (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Amien Rais (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
Menurut dia, Jokowi sebagai orang Jawa harusnya paham dengan falsafah 'kekuasaan tidak ada yang langgeng'. Sehingga, ia meminta Jokowi untuk tetap tenang dalam melawan oposisi, sebab pada akhirnya siapa yang terpilih menjadi pemimpin semua tergantung pada kehendak Allah.
"Kekuasaan itu tidak langgeng, pemimpin itu kalau enggak dicopot kembali, jangan sampai mimpi menikmati dan lain-lain. Saya gitu aja. Kalau orang beriman, menghadapi apapun tenang-tenang saja. Bisa sampai tujuan, kalau Allah menghendaki," jelasnya.
ADVERTISEMENT