Ngabalin Sindir Gerakan #2019GantiPresiden: Namanya Juga Usaha

29 Mei 2018 16:35 WIB
Ali Mochtar Ngabalin (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ali Mochtar Ngabalin (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kelompok oposisi terus menggelorakan Gerakan #2019GantiPresiden. Berbagai gerakan dilakukan, mulai dari mudik bareng dengan #2019GantiPresiden hingga pembagian takjil dari relawan ganti presiden.
ADVERTISEMENT
Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin menilai gerakan semacam itu kreatif.
"Kalau mudik ada hastag ganti presiden lagi‎, abis itu balik Jakarta lagi, ganti presiden lagi, nanti selamat 1 Syawal 1439 Hijriah ganti presiden. Ya namanya juga usaha," kata Ngabalin di Kampus UHAMKA, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (29/5).
"Biasa kalau orang kalap, itu kan terukur‎. Kalap segala macam dibikin, tapi karena ini usaha tetap diberikan apresiasi, kreatif kan. Saya kan waktu awal-awal sudah bilang, nanti ada takjil, nanti lagi ada tarawih, ini itu, jadi ada usaha ada kreatif," lanjut dia.
Namun, lanjut Ngabalin, jika gerakan ganti presiden terlalu kencang dan serangan yang dilontarkan bertubi-tubi, maka kelompok kontra pemerintah akan terlihat lemah.
ADVERTISEMENT
"Syirik tanda tak mampu, ini saya yang menilai, atau rakyat yang akan menilai. Jadi jangan terlalu kencang, masyarakat punya penilaian yang keliru kepada kawan-kawan (di sana)," ucap Ngabalin.
Ngabalin memastikan, gerakan #2019GantiPresiden tidak mempengaruhi Jokowi. Sebab, Jokowi sibuk bekerja untuk mengejar berbagai target pemerintahan.
Spanduk 2019 ganti Presiden di sekitar Monas (Foto: Raga Imam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Spanduk 2019 ganti Presiden di sekitar Monas (Foto: Raga Imam/kumparan)
"Terlalu banyak pekerjaan Presiden itu, enggak ada waktu untuk pikirkan itu, dan tidak ada rasa khawatir," lanjut politikus Golkar ini.
Menurut dia, harusnya kelompok yang kontra pemerintah atau oposisi jangan terlalu menampakkan kebencian dengan hastag semacam itu. Karena hal itu bisa memecah belah umat apalagi mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam.
"Ya kita sama-sama politisi, kan kita sama-sama besar di atas peradaban nilai-nilai Islam, jangan menampakan kebencianmu, kesyirikanmu, nanti orang lain nilai, seperti ini, seperti ini dan lain-lain," papar Ngabalin.
ADVERTISEMENT