'Ngopi Saraosna', Sarana Edukasi Mengenai Kopi

12 Mei 2018 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melukis dengan ampas kopi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melukis dengan ampas kopi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Acara 'Ngopi Saraosna volume 5: West Java Coffee & Art' yang diselenggarakan selama dua hari di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, berlangsung dengan meriah. Masyarakat yang datang tidak hanya disuguhi dengan hiburan dari para musisi, tetapi juga bisa menikmati kopi dan kuliner.
ADVERTISEMENT
Tak sekadar menikmati, masyarakat yang hadir juga memperoleh edukasi mengenai kopi, salah satu caranya dengan mengikuti roasting workshop.
Selain itu, masyarakat juga bisa mengetahui bahwa kopi tak sekadar untuk dinikmati. Ternyata, kopi bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk kesenian.
Di 'Ngopi Saraosna', para pengunjung bisa melihat lukisan yang menggambarkan sejarah perjalanan kopi hingga masuk ke Pulau Jawa. Lukisan itu diberi nama 'The World Map Coffee History'.
"Ini juga sebagai sarana edukasi. Sehingga, masyarakat bisa tahu proses perjalanan kopi. Buat lukisan dari ampas kopi," kata Humas DLH Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Fahrizal di halaman Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (12/5).
Proses pembuatan lukisan itu dilakukan beberapa hari sebelum acara 'Ngopi Saraosna' dimulai dari sejak Jumat (11/5) kemarin. Seluruh lukisan itu dibuat dengan menggunakan kopi.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat bisa ikut serta untuk menempel biji kopi," ucap Rizal.
Melukis dengan ampas kopi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melukis dengan ampas kopi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Dalam lukisan itu juga terdapat sosok Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher. Hal itu lantaran, Aher dianggap sebagai sosok yang memperkenalkan kopi Jawa Barat kepada dunia.
Sementara itu, Yoyo Hartanto selaku coffee painter, menyatakan proses pembuatan lukisan dengan menggunakan kopi sama saja dengan melukis biasa. Untuk teknik, sama seperti melukis memakai cat air.
Jika sudah jadi, maka lukisan tersebut akan diberikan kepada Aher. "Sebagai ucapan terima kasih," ucap Yoyo.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat Ade Sulkasah mengatakan tujuan diselenggarakannya acara 'Ngopi Saraosna' untuk mengedukasi petani. Sehingga, mereka tidak asal ketika memetik kopi, tapi mengolahnya dengan baik.
ADVERTISEMENT
"Ketika dikasih panggung, orang semua aware (pada kopi), membuat petani terpacu. Ada perlakuan khusus terhadap kopi, mulai dari tanam dan selama proses tanam, perawatan diperhatikan, saat petik (diperhatikan). Sehingga berdampak pada harga jual kopi lebih tinggi," tutur Ade.
Ade menyatakan 'Ngopi Saraosna' memang mengutamakan tentang edukasi terkait kopi. Mulai dari kualitas, konservasi, hingga limbah kopi yang bisa dijadikan sebagai media untuk melukis.
Dengan adanya 'Ngopi Saraosna' membuat hubungan antara produsen dan petani menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dengan adanya proses lelang kopi yang baru diselenggarakan di 'Ngopi Saraosna volume 5'. Lelang juga menguntungkan para petani kopi.
"Ini cukup mengedukasi petani bahwa lelang itu enggak susah, kok. Dengan lelang mereka bisa mendapat untung yang cukup," kata Ade.
Melukis dengan ampas kopi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melukis dengan ampas kopi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Namun memang edukasi berupa lelang kopi masih belum familiar. Sebab, selama ini para petani masih menggunakan sistem ijon. "Saya kira terbaik sekarang jual beli itu dengan lelang," ucap Ade.
ADVERTISEMENT
Ada lebih dari 50 stand kopi di acara 'Ngopi Saraosna'. Tak hanya kopi, di acara tersebut juga ada festival teh.
"Pada 'Ngopi Saraosna' volume satu dan dua masih pure kopi aja. Tapi, pada volume tiga sudah mulai gabung, termasuk teh," ujar Ade.
Sementara, Aher merasa senang dengan pelaksanaan 'Ngopi Saraosna volume 5'. Acara itu, lanjut dia, berdampak langsung untuk usaha kopi dan sektor UMKM.
Menurut Aher, banyak negara tertarik dengan kopi Jawa Barat. Hal ini lantaran keunikan kopi Jabar. Ia mengatakan keunikan tersebut ada dalam proses.
"Prosesnya Jawa Barat apik. Kalau kopi baru sepertiga yang matang, yang matangnya aja yang dipetik. Memang agak capek, tapi harganya lebih tinggi," kata Aher.
ADVERTISEMENT
Ia berharap kopi Indonesia bisa mendunia. Kualitasnya diharapkan bisa menjadi yang paling tinggi di dunia, serta bisa mensejahterakan para petani.
"Marilah kita jadikan kopi sebagai salah satu produk agribisnis yang bisa mensejahterakan petani kita, khususnya petani kopi," ucap Aher.
Melukis dengan ampas kopi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melukis dengan ampas kopi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Acara 'Ngopi Saraosna' juga diramaikan dengan kegiatan nikah massal. Sebanyak tujuh pasangan pengantin mengikuti acara nikah massal di Masjid Al Muttaqien, Gedung Sate, Sabtu (12/5). Kemudian ada lima pasangan yang cuma ikut resepsi.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka HUT Bank BJB ke-57 itu dihadiri Aher dan Direktur Utama Bank BJB, Ahmad Irfan.
Aher memberikan pujian kepada Bank BJB yang telah menggagas acara nikah massal. Menurut dia, nikah massal adalah program yang baik.
ADVERTISEMENT
"Karena ada para pemuda dan pemudi sepakat nikah, tapi belum ada bekal untuk menikah," kata Aher.
Aher berpesan agar para pasangan yang baru saja menikah bisa menjalin bahtera rumah tangga sampai maut memisahkan. Mereka harus menjaga cinta kasih sebagai suami istri.
"Semoga menjadi pasangan yang samawa dan punya kemajuan di pelbagai bidang kehidupan," tutur Aher.
Selain nikah massal, ada juga khitanan massal yang diikuti oleh 257 peserta. Sebanyak 15 bilik disiapkan untuk proses khitanan. Anak-anak yang mengikuti khitanan mayoritas tidak dapat menahan tangis mereka.
Khitanan massal di Gedung Sate. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Khitanan massal di Gedung Sate. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Gandhi, anak berusia tujuh tahun, menjadi salah satu peserta yang ikut khitanan. Ia menjalani khitanan selama sekitar 10 menit.
Ibunda Gandhi, Lusi mengatakan dirinya memutuskan memboyong sang anak untuk Ikut khitanan massal lantaran uangnya digunakan untuk biaya berobat sang ibu. Ia pun sempat khawatir anaknya tidak bisa disunat.
ADVERTISEMENT
"Tadinya udah siapin untuk khitanan anak, tapi ibu sakit. Untung anak bisa disunat gratis," ungkap Lusi.
Lusi akan memberikan hadiah untuk buah hatinya karena sudah berani disunat. "Kasih mainan yang dia mau," ucapnya.
Di hari terakhir penyelenggaraan acara 'Ngopi Saraosna', masyarakat yang hadir juga dihibur dengan penampilan grup musik Padi Reborn dan penyanyi Sheila Majid.