Novel: Tim Gabungan Bentukan Kapolri Nuansa Politiknya Kuat Sekali

23 Februari 2019 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyidik KPK Novel Baswedan berdiri di samping layar yang menampilkan hitung maju waktu sejak penyerangan terhadap dirinya saat diluncurkan di gedung KPK, Selasa (11/12). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
zoom-in-whitePerbesar
Penyidik KPK Novel Baswedan berdiri di samping layar yang menampilkan hitung maju waktu sejak penyerangan terhadap dirinya saat diluncurkan di gedung KPK, Selasa (11/12). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penyidik senior KPK Novel Baswedan turut angkat bicara soal adanya satgas khusus yang dibentuk Polri untuk mengungkap kasusnya. Ia menilai pembentukan tim tersebut bernuansa politik.
ADVERTISEMENT
"Saya melihat tim gabungan yang dibentuk Kapolri nuansa politiknya kuat sekali," kata Novel usai acara diskusi dengan tema 'Teror dan Kriminalisasi terhadap Para Penegak Hukum' di d'Consulate, Jakarta Pusat, Sabtu (23/2).
Satgas khusus dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengungkap kasus penyerangan kepada Novel Baswedan. Total ada 65 orang dari berbagai unsur yang tergabung dalam satgas.
Pembentukan tim khusus ini digagas sebagai tindak lanjut rekomendasi Komnas HAM untuk menelisik kasus yang telah berlalu selama 630 hari itu. Tito mengeluarkan Surat Keputusan (SK) bernomor Sgas/ 3/I/HUK.6.6/2019 yang diisi oleh 65 anggota Polri, internal KPK, hingga para peneliti sebagai tim pakar.
Para anggota diberi waktu selama 6 bulan mulai 8 Januari hingga 7 Juli 2019 untuk mengungkap dalang di balik penyerangan yang terjadi pada 11 April 2017 silam.
ADVERTISEMENT
Novel Baswedan disiram air keras pada tahun 2017 lalu. Namun hampir dua tahun berlalu, polisi tak berhasil menangkap pelakunya.
Novel khawatir bila kasusnya tidak terungkap maka akan jadi preseden buruk dalam penegakan hukum.
"Saya khawatir membuat orang-orang yang berjuang memberantas korupsi dan menegakan hukum menjadi takut, meskipun itu tidak boleh terjadi," kata Novel.
Ia mengaku tidak ingin melibatkan masalah pengungkapan kasusnya yang berlarut-larut ke ranah politik. Novel hanya mengaku kecewa lantaran kasusnya belum terungkap setelah sekian lama.
"Sudah keterlaluan sekali kok sekian lama tapi dibiarkan," ujar dia.
Novel mengaku awalnya meyakini kasusnya bisa terungkap, mengingat lengkapnya bukti pendukung. Namun kemudian ia berbalik menjadi pesimistis.
"Saya ketika di UGD pun memberi keterangan, sampai kemudian saya tahu bukti-bukti dihilangkan, saksi kunci diintimidasi," ucap Novel.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Novel menyatakan akan terus menebarkan semangat pemberantasan korupsi dan semangat kepada rekannya agar tak takut melawan koruptor.