Obat Keras Tramadol Beredar Luas di Depok dan Banyak Dikonsumsi Remaja

4 April 2018 16:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan (Foto: Unsplash)
ADVERTISEMENT
Obat-obatan berkategori G beredar bebas di Kota Depok, Jawa Barat. Obat kategori G merupakan jenis-jenis obat yang dilarang untuk dijual secara bebas serta penggunaannya harus menggunakan resep dokter.
ADVERTISEMENT
Namun di Depok, obat-obat kategori G bisa dibeli secara bebas tanpa harus menggunakan resep dokter. Hal itu dikatakan Kasie Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Kota Depok (BNNK Depok), AKP Toto Susilo, saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) di kantornya, Selasa (3/4).
"Jadi untuk toko-toko obat itu di wilayah Depok sebenarnya sudah marak sekali," kata AKP Toto membuka perbincangan.
Toto menyebut, persebaran obat-obat kategori G sudah hampir merata di seluruh wilayah Depok. Pembelinya juga beragam, mulai dari anak-anak usia sekolah hingga orang dewasa.
"(Yang beli) remaja-remaja, anak jalanan kebanyakan. Anak sekolah ya ada, tapi tidak begitu banyak. Sopir-sopir juga ada yang beli, kalau saya tanya, (jawabannya) variasi, ada yang untuk kuat juga, enggak tahu kuat apa maksudnya," tutur Toto sambil terkekeh.
ADVERTISEMENT
Obat-obatan tersebut dijual di toko-toko obat kecil bukan gerai-gerai apotek resmi. Menurut Toto, Apotek tidak akan serta-merta menjual obat kategori G karena harus menggunakan resep dokter.
"Iya banyak sekali obat-obat itu, dijual di toko-toko obat. Daftar G dan obat-obat keras itu banyak sekali dijual. Kalau yang di apotek itu resmi, dan harus berdasarkan resep dokter," tambahnya.
Dari kategori obat G, jenis obat yang paling banyak dicari di wilayah Depok adalah Tramadol, Excimer, Riklona, dan Trihexypenidyl atau biasa disebut trihex. Obat-obat tersebut merupakan jenis obat pereda rasa sakit dan penenang.
"Orang mencari (obat-obatan) itu, informasinya untuk ketahanan tubuh, sama tenang. Kalau (dikonsumsi) banyak itu pasti nge-fly, mungkin harusnya dua, dia bisa empat, (tapi) sekaligus minumnya," jelas Toto.
ADVERTISEMENT
Di antara keempat jenis obat itu, Tramadol dan Trihex menjadi yang paling sering diburu karena harganya yang terbilang paling murah. Tramadol adalah obat penghilang nyeri namun memiliki efek samping rasa melayang dan halusinasi.
"Kebanyakan (yang dikonsumsi) Tramadol sama Trihex, yang kuning sama putih. Dua itu. Harganya murah, terjangkau sekali itu. Isi sepuluh paling 20 atau 25 ribu. Tapi kalau yang sacet lebih mahal. Kan ada yang (dijual) ribuan itu di dalam toples, sama ada yang model kaplet. Kalau Tramadol HCI itu satu butirnya bisa 20 ribu," ungkap Toto.
Tramadol dan obat-obat kategori G lainnya (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tramadol dan obat-obat kategori G lainnya (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
Toto menambahkan, peredaran obat-obatan G adalah wewenang kepolisian dan BPOM. BNN hanya berwenang di wilayah narkotika sesuai dengan UU Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika.
ADVERTISEMENT
"BNN itu ruang lingkupnya hanya narkotika sesuai dengan UU No 35 tahun 2009. Jadi untuk obat-obatan ini tindak lanjut kita juga serahkan ke Polres," tutur Toto.
Terkait dengan obat-obatan kategori G yang dijual secara bebas, Toto mengatakan pihaknya akan segera berkordinasi dengan Polres untuk menindak lanjuti hal tersebut.
"Paling kita koordinasi dengan Satpol PP dan Polres, berkaitan dengan itu. Polres yang lebih (berwenang) lagi, dia yang gandeng dinas kesehatan. Rencananya sudah diajukan operasi ini ke Wali Kota," papar Toto.
Sementara itu Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan pihaknya akan menelusuri kasus ini. Argo juga akan berkoordinasi dengan BPOM.
"Kita cek dulu, akan kita kembangkan. Kita dorong ke BPOM juga," ujar Argo saat dikonfirmasi secara terpisah.
ADVERTISEMENT
Kasus peredaran obat kategori G bukanlah kali pertama terjadi di Depok. September 2017 lalu, Polres Depok dan BNNK Depok menyita obat kategori G sebanyak hampir 16.000 butir dan mengamankan 15 orang pembeli obat.