Pro Kontra Pembebasan Abu Bakar Ba’asyir

20 Januari 2019 8:34 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abu Bakar Ba'asyir saat sidang PK tahun 2016 (Foto: Darren Whiteside/REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Abu Bakar Ba'asyir saat sidang PK tahun 2016 (Foto: Darren Whiteside/REUTERS)
ADVERTISEMENT
Rencana bebasnya narapidana kasus terorisme Abu Bakar Ba’asyir ditanggapi beragam. Satu pihak mendukung rencana membebaskan Ba'asyir karena faktor kesehatan yang menurun di usia 80 tahun. Di satu sisi, nada sinis muncul mulai dari anggapan kebijakan yang terlalu politis, hingga mengancam keamanan.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo beralasan bahwa keputusan pembebasan Ba’asyir telah mempertimbangkan berbagai masukan, mulai dari faktor keamanan hingga kemanusiaan. Alasan kesehatan Ba’asyir di usia tua menjadi faktor kuat yang meyakinkan bagi Jokowi.
"Ya, yang pertama memang alasan kemanusiaan. Sepertinya beliau, 'kan, sudah sepuh, ya pertimbangannya kemanusiaan," kata Jokowi usai meninjau Rusun Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah di, Garut, seperti dilansir Antara, Sabtu (19/1).
Rencana Jokowi mendapat dukungan berbagai pihak. Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, mengatakan bahwa keputusan Jokowi memiliki alasan yang tepat sekaligus tidak melanggar ketentuan yang berlaku.
“Sebagai lansia, ada saja gangguan kesehatan yang dihadapi ustaz. Maka, wajar saja jika presiden menyetujui usul pembebasan Ustadz Ba'asyir. Biarlah keluarga di Solo yang akan menjaga dan merawat beliau,” kata Bamsoet lewat keterangan tertulisnya.
ADVERTISEMENT
Abu Bakar Ba'asyir (Foto: Dok. Mer C)
zoom-in-whitePerbesar
Abu Bakar Ba'asyir (Foto: Dok. Mer C)
Ba’asyir pernah mengalami masalah kesehatan. Ketika dilarikan ke rumah sakit pada Agustus 2017, Ba’asyir terindikasi memiliki penyakit jantung. Selanjutnya Ba’asyir menjalani juga sempat dirawat inap di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada Oktober 2017. Ba’asyir kemudian rutin menjalani rawat jalan.
Namun, sejumlah pihak justru mempertanyakan kebijakan Jokowi membebaskan Ba'asyir. Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra yang disebut sebagai salah satu yang mengupayakan pembebasan Ba’asyir, mengaku adanya tekanan dari berbagai pihak.
"Pak Jokowi mengambil keputusan ini bukan tanpa risiko juga sebetulnya. Tekanannya pada beliau (Jokowi) itu sangat berat dan saya dengar Australia mulai menekan," kata Yusril.
Kubu lawan politik Jokowi di Pilpres merespons sinis keputusan pembebasan Ba’asyir kental kepentingan politik. Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, menganggap Jokowi lewat keputusannya merupakan usaha meraih simpati politik.
ADVERTISEMENT
“Bagi umat Islam, bagi kelompok lain paham. Selama ini teroris selalu dialamatkan kepada Islam, kemudian tiba-tiba jelang pemilu berbaik-baik,” ucap Dahnil, pada Sabtu (19/1).
Abu Bakar Ba'asyir di Lapas Gunung Sindur (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Abu Bakar Ba'asyir di Lapas Gunung Sindur (Foto: Dok. Istimewa)
Selain itu, muncul anggapan pembebasan Ba'asyir dapat menimbulkan gejolak aksi teror di Indonesia. Ba’asyir divonis 15 tahun penjara pada tahun 2011 karena merencanakan dan menggalang dana pelatihan militer kelompok teroris di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Namun hukuman Ba’asyir dikurangi menjadi 9 tahun.
Ba’asyir sendiri disebut sebagai guru spiritual jaringan teror di Indonesia yang dikenal teguh memegang prinsip. Dalam pemrosesan bebas bersyarat akhir tahun lalu, Ba'asyir juga enggan meneken salah satu berkas wajib yaitu berkas untuk setia kepada Pancasila.
Pemerintah paham dengan sepak terjang Ba’asyir. Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, memastikan pemerintah tidak akan kendur menghadapi segala kemungkinan, termasuk jika Ba'asyir masih punya pengaruh di jaringan terorisme.
ADVERTISEMENT
"Bukan berarti pembebasan Ba'asyir itu, terus kita kendur dalam konteks penanggulangan dan pengawasan. Bukan berarti kita terus kendur," kata Moeldoko di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Sabtu (19/1).