Orang Tua Korban Pembunuhan di Cawang Sebut Anaknya Bersifat Tertutup

17 April 2018 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pembunuhan. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pembunuhan. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Jenazah Korban pembunuhan di Cawang, Ali Rahman (34), telah diambil kedua orang tuanya di RS Polri, Kramat Jati Jakarta Timur. Jenazah akan dibawa ke rumah keluarga di kawasan Tangerang Selatan untuk segera dimakamkan.
ADVERTISEMENT
Kedua orang tua Ali mengenang kembali putranya semasa hidup. Mereka menyebut Ali yang bekerja sebagai karyawan Plaza Indonesia ini sangat pendiam.
“Ngomong sama bapaknya enggak pernah, dia kalau ditanya jawabnya iya iya aja, kalau ditelepon iya, iya, gitu. Pokoknya pendiam, jadi susah,” ujar ayah Ali Rahman, Mas’ud, di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (17/4).
Mas'ud mengatakan, terakhir kali bertemu Ali sekitar 3 bulan yang lalu di rumah keluarganya di kawasan Tangerang Selatan. Saat itu, korban datang untuk melayat neneknya yang meninggal dunia.
Semasa hidup, Mas'ud ataupun istrinya tak pernah tahu kehidupan asmara Ali. Namun menurut Mas'ud, putranya itu memiliki kepribadian tertutup.
Orang Tua Korban Pembunuhan Cawang  (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Orang Tua Korban Pembunuhan Cawang (Foto: Dok. Istimewa)
“Saya pernah bilang ke dia untuk menikah, mau ngapain lagi udah kerja, punya pacar belum, saya tanya padanya. Dia jawab putus gitu, omonganya enggak lanjut lagi. Susah dia, enggak terbuka dia,” tambah Mas’ud.
ADVERTISEMENT
Mas'ud dan istrinya mengaku ikhlas dengan kepergian anaknya. Namun mereka berharap agar pembunuh Ali diberikan hukuman yang setimpal.
“Ya ikhlaslah, namanya sudah kejadian, suratan takdir mau diapain begitu kan,” pungkas Mas’Ud.
Hal yang sama juga diungkapkan Edi Haruniawan, rekan kerja Ali di Plaza Indonesia. Edi mengenal Ali sebagai sosok yang baik dan supel. Namun Ali bukan tipe orang yang terbuka, meskipun Edi sendiri sudah berusaha terbuka dengan Ali.
“Justru saya curhat ke dia malem Senin, curhat masalah pribadi, keuangan, dan saya yang terbuka ke dia. Kalau dia ke saya itu tertutup, enggak tahu kalau sama teman lain,” kata Edi.
Perjumpaan terakhir antara Edi dan Ali terjadi pada Senin (15/4). Saat itu Ali bahkan sempat selfie bersama rekan-rekannya yang lain. Namun Edi enggan menjelaskan secara detail isi perjumpaan terakhir mereka.
ADVERTISEMENT
“Malem Senin saya sempet selfie bareng sama dia. Cuma ini saya dapat kabar makanya agak kaget. Malem Senin selfie bareng sama mereka,” jelas Edi.
“Nah, saya juga enggak tahu mengapa dia ada di Cawang, kebetulan hari itu dia lagi libur jadi dia pergi ke mana dia enggak cerita sama saya,” sambungnya.
Ali Rahman ditemukan tewas dengan posisi terbaring penuh luka tusuk di belakang UKI, Cawang, Senin (16/4). Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk menangkap pelaku pembunuhan.
Pada Selasa (17/4) pagi, Satreskrim Polres Jakarta Timur berhasil menangkap pelaku, Petrus Paulus Ulaubun di kediaman kakaknya di kawasan Cikarang Selatan. Sakit hati dan dendam karena dirinya dimasukkan ke grup WhatsApp LGBT membuat Petrus nekat menghabisi nyawa Ali.
ADVERTISEMENT