Orang Tua Murid di Denpasar Keluhkan Sistem PPDB Tak Masukkan Nilai UN

17 Juni 2019 14:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pengambilan nomor token Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pengambilan nomor token Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah orang tua murid di Denpasar mengeluhkan nilai hasil ujian nasional (UN) tak lagi dimasukkan dalam syarat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Hal ini dinilai bisa mengurangi motivasi anak dalam belajar.
ADVERTISEMENT
"Mendingan pakai nem (UN) dan tes, kalau zonasi anak enggak mau belajar, untuk apa belajar toh dekat rumah. Kualitas sekolah juga kita enggak tahu karena cuma berdasarkan jarak (sistem zonasi)," kata salah satu orang tua, Mira Astra, di SMPN 10 Denpasar, Bali, Senin (17/6).
Ia mengatakan anak semata wayangnya yang bernama Harsharani Zahra Wikannanda (12) sebelumnya telah belajar dengan giat. Hasil UNnya pun cukup tinggi, dengan rata-rata nilai di atas 8. Namun, jerih payah bocah perempuannya tersebut dirasa sia-sia karena tak ada persaingan secara akademik di PPDB.
Sejumlah orang tua siswa di berkumpul mengambil nomor token Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Bahkan, ia menilai dengan sistem zonasi anaknya tak lagi bisa bersaing di sekolah favorit. Beruntung, ia masih bisa mendaftarkan anaknya di SMPN 10 Denpasar, karena rumahnya masih satu kawasan.
ADVERTISEMENT
"Sudah capek belajar, tidak dipakai nilainya. Dulu banyak sekolah favorit karena banyak anak berprestasi, sedangkan sekarang dengan jarak. Seperti ada jurang (ketimpangan intelektual) antara anak satu dengan anak lain," kata dia.
Kadisdikpora Kota Denpasar, Wayan Gunawan. Foto: Denita Br Matondang/kumparan
Merespons hal itu, Kadisdikpora Kota Denpasar I Wayan Gunawan mengatakan program zonasi ini dirancang untuk pemerataan kualitas dan sarana pendidikan. Tahun 2019 ini, ada sebanyak 13.946 siswa lulusan SD yang tercatat Dispora Denpasar dengan jumlah 13 SMPN.
"Sekarang itu tidak ada siswa yang pintar atau bodoh semuanya pintar, yang bodoh itu anak-anak yang tidak mau sekolah," kata Gunawan.
Meski demikian, pihaknya akan melakukan rotasi kepala sekolah dan guru untuk mencegah adanya stigma sekolah favorit dan tak favorit di Denpasar. Dengan demikian, siswa tetap dapat bersaing secara intelektual dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
"Sekolah favorit ini tidak tahu saya dan dari mana, siapa, sehingga memberikan pemahaman favorit dan tidak favorit. Tapi yang jelas untuk mengantisipasi itu akan dilakukan rolling kepala sekolah agar tidak dianggap yang membuat sekolah ini favorit cuma kepala sekolah. Sudah diagendakan juga guru-guru dilakukan rolling, sama agar merata tapi tetap sesuai zonasi," kata dia.