PAN Tolak Usulan Hari Antihoaks Nasional: Tak Perlu Seremonial

4 Oktober 2018 17:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno berada di dalam kendaraan seusai melakukan pertemuan dengan Sekjen Gerindra, Sekjen Demokrat dan Sekjen PKS di Jakarta, Rabu (1/8). (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno berada di dalam kendaraan seusai melakukan pertemuan dengan Sekjen Gerindra, Sekjen Demokrat dan Sekjen PKS di Jakarta, Rabu (1/8). (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
ADVERTISEMENT
PPP mengusulkan agar tanggal 3 Oktober dijadikan Hari Antihoaks Nasional. Menanggapi hal itu, Sekjen PAN Eddy Soeparno menyebut sebaiknya hal semacam itu tidak perlu diperingati secara formal.
ADVERTISEMENT
"Tidak perlu seremonial, yang penting pemberantasan hoaks dilakukan saja," kata Eddy melalui pesan singkat, Kamis (4/10).
Ia juga meminta semua pihak agar tidak memberikan pernyataan tendesius berisi cacian di media sosial. Sebab, ia tidak ingin ucapan tersebut menjadi bahan adu domba bagi pengguna media sosial.
"Termasuk mereka-mereka yang kerjanya hanya mencaci maki, mencerca, dan mengadu domba di medsos," pungkasnya.
Usulan tersebut muncul setelah aktivis Ratna Sarumpaet mengaku telah berbohong soal penganiayaan yang ia alami. Awalnya, Ratna mengaku wajahnya lebam karena dianiaya oleh sejumlah oknum di sekitar Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
Beragam dukungan muncul untuk Ratna, terutama dari pihak Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Bahkan, Prabowo telah menggelar konferensi pers dan berencana mendatangi Kapolri untuk meminta pengusutan kasus penganiayaan terhadap salah satu anggota tim pemenangannya itu.
ADVERTISEMENT
Namun, kebohongan Ratna Sarumpaet justru terbongkar setelah polisi membeberkan sejumlah kejanggalan dari kasus penganiayaan tersebut. Ratna rupanya bukan lebam karena dianiaya orang, melainkan karena efek samping operasi plastik yang ia lakukan.