Para Janda Tanzania Diserang karena Dianggap Penyihir

23 Maret 2017 17:06 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ruth Zacharia. (Foto: REUTERS/Katy Migiro)
Ruth Zacharia mengangkat lengan kanannya untuk melindungi kepalanya dari tendangan dan hantaman parang oleh tiga orang yang menyerang dirinya.
ADVERTISEMENT
Dia jatuh ke lantai, satu kakinya masuk ke dalam tungku api.
Para penyerang itu berkata, "kami telah dikirim oleh ibu kami karena Anda membunuh Ayah kami sehingga Anda bisa membeli tanah."
Wanita berusia 63 tahun itu mencoba menjawab dengan penuh kegelisahan dengan luka di tangan kanannya.
"Saya berkata, saya bukan penyihir" kemudian mereka mulai menyerang saya lagi.
Ribuan perempuan tua Tanzania dicekik, ditikam sampai mati dan dibakar hidup-hidup selama dua dekade terakhir karena dituduh sebagai penyihir.
"Para penyerang itu mengatakan bahwa mereka (para perempuan Tanzania) adalah penyihir, tapi itu hanyalah agenda tersembunyi" kata Athanasio Kweyunga, Koordinator HAM untuk Magu Poverty Eradication Rehabilitation Centre (MAPERECE), sebuah badan amal membantu orang tua di daerah.
ADVERTISEMENT
"Alasan sebenarnya adalah tanah," lanjut Athanasio.
Serangan terhadap perempuan yang dituduh sebagai seorang penyihir sering dilakukan oleh para preman yang disewa ataupun kerabat yang memiliki dendam.
Dengan pertumbuhan penduduk yang cepat, tanah dibagi menjadi ukuran yang lebih kecil untuk setiap generasi. Tanah yang kering, hujan yang tidak menentu dan biaya kehidupan membuat banyak keluarga berada dalam kemiskinan.
Secara adat tradisional, janda di Tanzania tidak dapat mewarisi tanah sumai mereka, tetapi mereka memiliki hak untuk menempati tanah itu sebelum diteruskan kepada kerabat laki-laki. Hal inilah yang memicu ketegangan.
"Ketika para janda meninggal, tanah tersebut seharusnya diteruskan kepada anak laki-laki ataupun kerabat laki-lakinya -- namun mereka tidak mati," kata Helen Kijo-Bisimba, direktur eksekutif dari Pusat Hukum dan Hak Asasi manusia Tanzania.
ADVERTISEMENT
"Itu sebabnya kami menemukan beberapa perempuan tua yang dibunuh oleh anak-anak mereka sendiri," tambah Helen seperti yang dikutip Reuters.
Desa Nyashana di utara-barat Tanzania. (Foto: REUTERS/Katy Migiro)
Keyakinan Tanzania tentang ilmu sihir telah ada selama berabad-abad sebagai cara untuk menjelaskan kejadian-kejadian seperti kematian, gagal panen, dan infertilitas.
Data dari LHRS menunjukan, dalam enam bulan pertama di tahun 2016, polisi mencatat ada 394 pembunuhan terkait sihir di Tanzania, jumlahnya hampir sama dengan kasus di sepanjang tahun 2015 yaitu 425 pembunuhan.
Takhayul ini berkembang di kalangan masyarakat petani yang tinggal di sepanjang tepi Danau Victoria di barat laut Tanzania, di mana sebagian besar serangan terjadi.
Perempuan dengan mata merah sering dituduh sebagai penyihir.
Tapi para aktivis mengatakan bahwa kepercayaan tradisional ini sering digunakan sebagai alasan, ketika alasan pembunuhan sebenarnya adalah untuk tanah.
ADVERTISEMENT
"Masih ada serangan-serangan sporadis," kata Sihaba Nkinga, sekretaris permanen pelayanan Tanzania untuk orang tua kepada Reuters.
"Pihak kepolisian tidak mendapatkan dukungan yang maksimal dari anggota masyarakat di tempat serangan tersebut terjadi."
Bekas luka di tangan Ruth Zacharia. (Foto: REUTERS/Katy Migiro)
Masalah Zacharia dimulai setelah ia membeli tanah pada tahun 2011 di dekat rumahnya di Tanzania Distrik Magu Barat.
Keluarga lain menginginkan tanah itu juga tetapi mereka tidak mampu membayar seluruh plot tanah tersebut setelah ayah mereka meninggal. Si penjual akhirnya membagi tanah tersebut dengan dua keluarga yang saling mengenal di gereja lokal.
Zacharia menanam padi pada sebagian tanah miliknya, tapi sapi dari keluarga lain menginjak-injak tanaman miliknya. Suatu malam, ia terbangun karena melihat api di luar jendela, disaat yang sama dia juga melihat pohon di dekat rumahnya di siram oleh bensin. Setelah itu Zacharia diserang.
ADVERTISEMENT
"Saya melalui penderitaan yang berat," katanya sambil beristirahat setelah membaca Alkitab. "Mereka seharusnya di bunuh saja, karena mereka menyerang saya"
Para pelaku penyerangan ditangkap pada 2014, namun mereka dibebaskan dengan jaminan.
Masyarakat Tanzania percaya bahwa pria maupun wanita bisa menjadi penyihir. Namun kenyataannya, hampir semua korban serangan adalah perempuan.
"Posisi perempuan yang masih lemah secara sosial adalah kuncinya," kata Edward Miguel, seorang Profesor Ekonomi di University of California di Berkeley, yang telah mempelajari pembunuhan terkait sihir di Tanzania.
Budaya disana menyatakan bahwa perempuan yang menikah dan pindah ke desa asal suami mereka, sering terisolasi secara sosial dan menghadapi permusuhan dari mertua mereka setelah suaminya meninggal.
Edward percaya adanya pensiun di hari tua bagi perempuan bisa melindungi mereka dari serangan.
ADVERTISEMENT
"Keluarganya akan mendapatkan insentif untuk merawat mereka," kata Edward menambahkan.
Setelah dua bulan di rumah sakit dan menjalani terapi fisiotrafi panjang, Zacharia sekarang membantu para tetangga yang sudah tua untuk melaporkan penyerangan yang mereka alami dan mendorong para anak muda untuk mengurus orang tua mereka.
"Jika kita diam, penindasan akan terus berlanjut," ungkap Zacharia.
Zacharia pun mengatakan kondisi sekarang sudah lebih baik dari dulu karena orang-orang sudah mendapat pengetahuan.