Pasangan Tunanetra Butuh Biaya Obati Anaknya yang Derita Hidrosefalus

18 April 2018 15:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi penderita hydrochepalus. (Foto: dok. Zainal Asiqin via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi penderita hydrochepalus. (Foto: dok. Zainal Asiqin via Kitabisa)
ADVERTISEMENT
Kasih sayang orang tua kepada anak memang tak pernah main-main. Orang tua manapun selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya meski mereka sendiri memiliki keterbatasan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan oleh pasangan tunanetra, Zainal Asyiqin dan Venti Sulastri ini. Zainal berasal dari Brebes, sedangkan Venti dari Magelang. Kini keduanya merantau di Jakarta dan sudah memiliki 4 anak. Namun anak keempat mereka yang lahir pada Oktober 2017, Lalita, divonis dokter menderita hidrosefalus (hydrocephalus).
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau yang disebut dengan ventrikel. Cairan ini akan terus bertambah sehingga ventrikel di dalam otak membesar dan menekan struktur dan jaringan otak di sekitarnya. Ukuran kepala penderita penyakit ini akan terus membesar. Jika tidak segera ditangani, tekanan ini dapat merusak jaringan dan melemahkan fungsi otak.
"Saat ini kami sedang berjuang dan saling menguatkan untuk terus mengusahakan pengobatan yang terbaik untuk anak kami Lalita yang mengidap hidrosefalus," ujar Zainal.
ADVERTISEMENT
Lalita lahir prematur saat usia kehamilan Venti masih 26 minggu karena terjadi pendarahan hebat. Lalita yang terlahir dengan berat di bawah standar dan fungsi organ belum maksimal, harus dirawat di RSCM sejak 20 Oktober 2017 hingga 11 Januari 2018.
Selama dirawat di RSCM, Lalita sudah dioperasi 2 kali. Pertama pada 15 November 2017 untuk pembuatan saluran pembuangan sementara agar peningkatan cairan di kepalanya tidak semakin mendesak organ kepala. Lalu operasi kedua pada 28 Desember 2017 untuk pemasangan vipisan (pemasangan selang permanen dari kepala untuk membuang peningkatan cairan langsung keperut.
"Lamanya waktu perawatan yang harus dijalani membuat kami sekeluarga merasa kesulitan baik waktu, tenaga, maupun biaya," katanya.
Zainal kemudian pulang kampung membuat BPJS untuk meringankan biaya pengobatan Lalita. Saat ini keluarga kecil tersebut tak memiliki pemasukan karena Zainal tak bisa bekerja lantaran harus mengurus anak-anaknya yang masih balita di rumah. Sedangkan istrinya merawat Lalita di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Selain itu untuk biaya sehari-hari yaitu biaya hidup anak kami yang lain saya pun berusaha mencari dermawan yang berkenan membantu kami. Alhamdulillah ada 1 dermawan yangg membantu anak-anak kami di rumah," ujarnya.
Selang sebulan setelah kepulangan Lalita dari rumah sakit, terjadi malfungsi organ. Bayi Lalita harus menjalani operasi yang ketiga kalinya. Sayangnya operasi ini belum membuahkan hasil karena lingkar kepala Lalita masih 38 cm dan terus bertambah hingga 46 cm.
Selain obat-obatan yang ditanggung BPJS, Lalita juga harus mengkonsumsi suplemen prebiotik interlac yang harganya Rp 370.000 per botol dan susu seharga Rp 350.000 per kemasan.
ADVERTISEMENT
"Harganya tidak terjangkau oleh kami dan biaya hidup seperti yang sudah saya paparkan di atas, serta kondisi kami pun adalah penyandang disabilitas netra," kata Zainal.
Bagi Anda yang tergerak untuk membantu Zainal dan Venti, dapat menyalurkan bantuan dalam tautan berikut: