news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PBB Kirim Tim Penyidik Ungkap Pembantaian 160 Suku Fulani di Mali

27 Maret 2019 11:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang tentara berjalan di lokasi penyerangan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata di Ogossagou, Mali. Foto: Malian Presidency/Handout via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Seorang tentara berjalan di lokasi penyerangan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata di Ogossagou, Mali. Foto: Malian Presidency/Handout via Reuters
ADVERTISEMENT
PBB menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan pembantaian suku Muslim Fulani, sekaligus melindungi anak-anak yang rentan di Mali. Langkah ini diambil menyusul pembunuhan sedikitnya 160 orang akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Selasa (26/3), PBB mengerahkan dua ahli penyelidikan tempat kejadian perkara, 10 petugas hak asasi manusia, dan dua ahli perlindungan anak ke Mali tengah.
"Kami melakukan kontak langsung dengan aparat. Kami telah menawarkan untuk membantu menyeret pelakunya ke pengadilan untuk menghapuskan lingkaran impunitas," kata juru bicara kantor HAM PBB, Ravina Shamdasani.
Shamdasani mengatakan pembantaian di Ogossagou, wilayah Mopti di Mali, Sabtu pekan lalu itu adalah "serangan mengerikan" yang merupakan bentuk "kekerasan antar masyarakat".
Seorang wanita suku Fulani berdiri di luar sebuah rumah usai penyerangan di Ogossagou, Mali. Foto: Malian Presidency/Handout via Reuters
Dalam serangan tersebut, kelompok penggembala nomaden Fulani dibantai oleh komplotan bersenjata dari etnis Dogon, Dan Na Ambassagou, yang menyamar sebagai pemburu.
Kelompok Dogon ini, kata Shamdasani, beralasan ingin memberantas ekstremisme di Mali tapi nyatanya "jutaan orang dianggap ekstremis karena mereka Muslim". Namun dalam sejarahnya Dogon dan Fulani memang kerap cekcok, terutama karena masalah lahan.
ADVERTISEMENT
"Dalam banyak kesempatan, serangan seperti ini disebut dimotivasi oleh keinginan memberantas orang-orang yang terkait jaringan ekstremis," kata Shamdasani.
Dia mengatakan, kekerasan di Mopti telah menyebabkan 600 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi sejak Maret tahun lalu. Pelaku kekerasan tidak pandang bulu, termasuk yang dibunuh adalah orang tua dan anak-anak.
Akibat serangan terakhir ini, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita membubarkan Dan Na Ambassagou. Dia juga memecat dua orang jenderal, yaitu kepala staf militer M'Bemba Moussa Keita dan kepala angkatan darat Abdoulaye Coulibaly.
Dalam pernyataannya, Boubacar mengatakan "perlindungan masyarakat akan dan masih ada di tangan negara. Aparat kami akan secara aktif melucuti semua orang yang tidak seharusnya memegang senjata," kata Boubacar.