PDIP Anggap Wajar Cak Imin, Airlangga, Romy Berebut Cawapres Jokowi

18 April 2018 18:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi hadiri Harlah ke-58 PMII di Bandung (Foto: Dok. Biro Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi hadiri Harlah ke-58 PMII di Bandung (Foto: Dok. Biro Setpres)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah ketua umum partai terus bermanuver untuk berebut posisi cawapres Jokowi di Pemilu Presiden 2019. Mulai dari Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PPP Rohmahurmuziy, hingga Ketum PKB Muhaimin Iskandar.
ADVERTISEMENT
Namun, dari kandidat yang ada, Cak Imin sapaan akrab Muhaiminlah yang paling getol bermanuver menjadi cawapres Jokowi. Wakil Ketua MPR ini bahkan sudah membentuk posko relawan JOIN (Jokowi-Cak Imin) di berbagai daerah.
Menanggapi hal itu, Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, dinamika ketum parpol yang ingin mendapatkan posisi cawapres Jokowi adalah suatu hal yang wajar.
Menurutnya, tidak masalah masing-masing ketum parpol itu menunjukkan kelebihan masing-masing sehingga menampilkan kesan paling layak tampil menjadi cawapres Jokowi. Meski kandidat cawapres belum menunjukkan prestasi yang membanggakan.
“Hal tersebut juga wajar. Kontestasi demokrasi memang mensyaratkan rekam jejak yang laku jual. Jangan alergi terhadap prestasi,” katanya melalui pesan singkat, Rabu (18/4).
Selain itu, sikap setiap partai yang mengusung ketua umumnya itu adalah pilihan politik terbaik. Di sisi lain, hal itu juga bertujuan untuk menciptakan kesepakatan politik terkait cawapres.
ADVERTISEMENT
“Setiap parpol dalam koalisi berusaha mengirim figur terbaik yang dimiliki ke orbit kontestasi. Di sinilah makna komunikasi untuk menciptakan konvergensi, persepsi dan opsi,” ujar Wakil Ketua Fraksi PDIP di DPR itu.
Lain Cak Imin, lain pula Airlangga dan Rohmahurmuziy. Ambisi Airlangga dan Romy sapaan akrab Rohmahurmuziy tak terlalu terlihat di mata publik. Hendrawan mengatakan, Jokowi baru akan memutuskan sikap politik terkait cawapres setelah gelaran Pilkada Serentak 2018.
“Perkiraan saya setelah pilkada Juni 2018. Waktu masih cukup buat apa tergesa-tergesa? Politik lebih sering merupakan permainan jam-jam terakhir,” tutup Hendrawan.