PDIP Bantah Adanya Ajakan untuk Prabowo Jadi Cawapres Jokowi

3 Maret 2018 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eriko Sotarduga, Wasekjen PDIP bidang kerakyatan (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Eriko Sotarduga, Wasekjen PDIP bidang kerakyatan (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Gerindra membenarkan adanya isu ajakan pihak Istana kepada Ketua Umum Prabowo Subianto untuk menjadi cawapres pendamping Jokowi. Gerindra juga menuding ada indikasi dari pemerintah untuk melakukan skenario Pilpres 2019 hanya satu pasangan calon.
ADVERTISEMENT
Indikasi tersebut dilihat dari adanya pasal dalam UU Pemilu yang memungkinkan terdapat adanya calon tunggal. Menanggapi hal tersebut, Wasekjen PDIP Eriko Sutarduga mengatakan, kemungkinan untuk satu pasangan calon pada Pilpres 2019 itu hampir tidak mungkin. Dia juga menampik terkait adanya ajakan dari PDIP kepada Prabowo untuk menjadi cawapres pendamping Jokowi.
“Oh enggak ada itu. Kan kalau ada saya tahu,” katanya usai menghadiri diskusi di Warung Daun, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (3/3).
Eriko memastikan bahwa ajakan itu bukan dari DPP PDIP. Sehingga, Eriko tidak mengetahui secara pasti mengenai ajakan tersebut datang dari pihak istana atau bukan.
“Oh kalau dari sana (Istana) saya enggak tahu. Tapi kalau setahu saya dari PDIP enggak ada ajakan seperti itu. Gak pernah,” ungkap Eriko.
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
ADVERTISEMENT
Menurut dia, isu mengenai adanya skenario yang dilakukan pemerintah untuk memunculkan calon tunggal di Pilpres 2019 itu tidak benar. Bahkan, dia menyebut Pilpres 2019 memungkinkan untuk 3 pasangan calon.
“Kemungkinan untuk satu calon hampir tidak mungkin. Tapi bisa dua, bisa juga tiga. Ini sudah lama saya sampaikan, kemungkinan untuk tiga calon ini besar,” tuturnya.
Namun, menurut Eriko, kepastian mengenai adanya poros baru atau tidak hanya tinggal menunggu waktu.
“Tapi sekali lagi, semua partai yang kami lihat ini juga realistis, kalau tidak mungkin menang, kalau memang elektabilitasnya bisa diterima oleh masyarakat, sekarang kita melihat untuk apa kita berspekulasi kalau ada sesuatu hal yang jauh lebih jelas. Tinggal tunggu waktu saja saya kira,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT