PDIP: Lawan Terberat Jokowi Adalah Rumor dan Black Campaign

24 April 2018 11:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi di ratas proyek strategis nasional (Foto:  ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi di ratas proyek strategis nasional (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
ADVERTISEMENT
Berbagai survei menyatakan elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) meningkat dan menempati peringkat pertama sebagai kandidat capres. Terakhir, berdasarkan survei Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi mencapai 55,9%. Sementara, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto hanya 14,1%.
ADVERTISEMENT
Merespons hal tersebut, Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira mengatakan, hasil survei tersebut sejalan dengan kinerja yang diperlihatkan oleh Jokowi selama ini.
"Tidak mengejutkan calon petahana melaju sendiri, melampaui calon-calon lain karena memang selama ini Presiden mendominasi karya dan prestasi kerjanya di Republik Indonesia," ujar Andreas dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/4).
Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira (Foto: Rosa Panggabean/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira (Foto: Rosa Panggabean/Antara)
Menurut Andreas, tokoh oposisi yang diharapkan muncul dari partai-partai di luar pemerintahan tidak memainkan peran dengan baik karena cenderung menyerang atau mengkritik pemerintah tanpa argumentasi yang jelas.
Andreas mengatakan, tantangan terberat Jokowi bukan pada kandidat penantang. Tantangan Jokowi, kata Andreas, adalah politik identitas yang memberikan peluang bagi penantang Jokowi dalam Pilpres 2019.
"Lawan Jokowi pada masa yang akan datang adalah isu, rumor atau slogan-slogan, black campaign yang diarahkan pada diri Jokowi," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Situasi ini yang kita hadapi dalam peta politik nasional saat ini adalah Jokowi sedang shadow boxing menghadapi politik identitas dan populisme," pungkas Andreas.
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
Sebelumnya, elektabilitas Jokowi sebesar 55,9%, meningkat dibanding enam bulan sebelumya sebesar 46,3%. Sementara elektabilitas Prabowo 14,1% menurun dari survei sebelumnya 18,2%. Data diperoleh dari survei pada 21 Maret-1 April 2018, sebelum deklarasi Prabowo.
Kenaikan elektabilitas Jokowi disebabkan tingginya kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi mencapai 72,2%, saat yang sama belum adanya kepastian penantang Jokowi membuat elektabilitas Prabowo turun.