PDIP Perkuat Akar Rumput dan Kaderisasi untuk Menangi Pemilu 2024

3 Agustus 2019 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi PDIP bertajuk 'Akankah PDIP Kembali Mencatakan Sejarah Kemenangan 2024' di kantor DPP PDIP. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi PDIP bertajuk 'Akankah PDIP Kembali Mencatakan Sejarah Kemenangan 2024' di kantor DPP PDIP. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
ADVERTISEMENT
PDIP akan mengadakan kongres V pada 8-10 Agustus di Bali untuk menyiapkan sejumlah langkah strategis politik ke depan, termasuk Pemilu 2024. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto akan memperkuat sejumlah lini agar menjadi pemenang kembali.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi Pemilu 2024, PDIP akan mempertajam instrumen grassroot, peneliti, dan media untuk kembali menjadi pemenang untuk ketiga kalinya. Hal itu juga sebagai bentuk tanggung jawab partai terhadap kepercayaan masyarakat.
"PDIP ingin mempertajam instrumen kami supaya pada tahun 2024 kami bisa berproses. Karena kemenangan yang diberikan rakyat kepada PDIP menanggung sebuah tanggung jawab partai untuk terus memperbaiki diri, terhadap masa depan negara yang harus terus menerus kami lakukan," tutur Hasto dalam diskusi 'Akankah PDIP Kembali Mencatatkan Sejarah Kemenangan 2024' di DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8).
Ilustrasi PDIP. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Ia kemudian menceritakan perjalanan PDIP yang sempat berada di luar pemerintahan sebelum memenangi Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Pada Pemilu 1997, PDIP tidak dapat mengikuti pemilu karena dianggap sebagai musuh pemerintahan.
ADVERTISEMENT
"Dengan seluruh modal PDIP sebagai partai yang di luar pemerintahan selama 32 tahun, bahkan terpinggirkan, bahkan hanya menjadi ornamen demokrasi. Bahkan kami tidak bisa mengadakan kaderisasi politik. Selama 32 tahun, kami tidak punya akar ke bawah karena ini basis sebagai partai massa mengambang," kata Hasto.
Setelah itu, PDIP mulai menata diri dan melakukan kaderisasi untuk diproyeksikan sebagai seorang pemimpin. Dari situlah, PDIP dapat bertahan dalam sistem demokrasi Indonesia.
"Muncul kesadaran dan menginisiasi kaderisasi pada tahun 2001. Calon kader dilatih dan kemudian kita melakukan konsolidasi ideologi, organisasi, politik, konsolidasi sumber daya. Akhirnya PDIP bisa bertahan," kata dia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Atikoh Ganjar (kiri) mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Negara, Iriana Jokowi (kanan) menyantap durian. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Hasto mencontohkan Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo merupakan contoh hasil kaderisasi yang baik. PDIP menganggap keduanya memiliki kemampuan untuk memimpin.
ADVERTISEMENT
"Kepala daerah, kalau ada yang bagus di tingkat kota, kita dorong ke tingkat provinsi, kalau provinsi bagus kita bawa ke tingkat nasional. Ini yang dijalani oleh Pak Jokowi. Begitu juga Pak Ganjar yang menjadi kepala daerah memulai untuk memahami politik legislasi politik negara dan pengawasan," ucapnya.
Jokowi, kata Hasto, menyebut terdapat tiga faktor yang membuat PDIP dapat bertahan. Yakni ideologi, gotong royong, dan kepemimpinan organisasi kepartaian diutamakan daripada popularitas individu.
"Tiga hal ini yang menjadi satu mengapa PDIP menjadi survive," pungkasnya.